Setelah 1 tahun,sang Ibu menengok keadaan kedua puteranya.
Ketika menengok putera pertamanya,sang Ibu melihat keadaan puteranya dalam keadaan kesusahan dan miskin.Lalu ditanyakan kepadanya,mengapa keadaanmu seperti ini?
Jawab putera pertamanya :
Alhamdulillah,ini karena saya melaksanakan wasiat pesan Ayah,yaitu :
1.Jangan menagih hutang dagangannya,
maka saya tidak pernah menagih hutang para pelanggan saya.
2.Jangan terkena matahari saat berdagang,
maka kemana-mana saya selalu sewa mobil atau pakai taxi.
Lalu sang Ibu menengok puteranya yang kedua,dan melihat puteranya dalam keadaan sejahtera dan berkecukupan,lalu ditanyakan kepadanya,mengapa dia bisa demikian keadaannya?
Jawab putera keduanya :
Alhamdulillah,ini karena saya melaksanakan wasiat Ayah,yaitu :
1.Jangan menagih hutang dagangannya,
maka saya selalu menjual cash/tunai dagangan2 saya.
2.Jangan terkena matahari saat berdagang,
maka saya selalu berangkat sebelum matahari terbit,
dan pulang ketika matahari terbenam.
Pesan moral :
Pertama :
Keaneka ragaman dalam cara berpikir & cara memandang kehidupan,menjadikan kita2 berbeda2 keadaan & berbeda dalam bersikap,walaupun sama2 hidup di dunia yang sama,dibawah matahari yang sama,bahkan walaupun ber-Tuhan,ber-Kitab,ber-Nabi,ber-Guru,ber-orang tua,dan bersekolah di tempat yang sama.
Cara berpikir dan cara pandang mata & hati kita adalah ibarat kaca mata.
Jika "kaca mata" kita gelap,maka gelaplah dunia kita.
Jika "kaca mata" kita bening,maka cerahlah dunia kita.
Kedua :
Benar dan salah menurut manusia bersifat relatif.
Sementara kebenaran Tuhan bersifat Mutlak.
Maka carilah Guru2 yang Mursyid agar tidak tersesat,
sebagaimana Iblis yang memandang baik dan benar cara pandangnya,dan memandang salah cara pandang Tuhannya.
Ketika Nabi Adam alaihissalam berbuat salah,dia memohon ampun.
Sedang Iblis jika bersalah,dia menyalahkan takdir Tuhannya
dan minta ditangguhkan hukumannya sampai hari kiamat.
Bahkan dalam Surah Al-Kahfi dikisahkan,
seorang Nabi Musa alaihissalam pun "berbeda" cara pikir & cara pandangnya,
dengan Kanjeng Nabi Khidr alaihissalam,
apalagi cuman diri2 kita2 yang "salah" dalam memandang kehidupan.
Kesimpulan :
1.Tugas kita hanya menyampaikan kebaikan dengan cara yang baik,
di waktu yang tepat dengan tujuan yang baik.
2.#IQRO' - bacalah yang tersurat dan yang tersirat,
ayat2 kauniyah & ayat2 qouliyah-NYA.
3.Lebih bersikap bijaksana dalam menyikapi segala perbedaan,
khususnya di dunia #facebook ini.
4.#Indonesia adalah negara Bhinneka Tunggal Ika,
yang bermakna meskipun berbeda-beda tetapi pada hakikatnya bangsa Indonesia tetap adalah satu kesatuan.
Saat ini teknologi telah berkembang sedemikian rupa, banyak hal yang bisa Anda manfaatkan agar terus tumbuh dan berkembang. Terutama teknologi online atau internet. Dari email, jejaring Facebook sampai teknolgi gadget yang terus maju untuk mendukunh perkembangan dunia online seperti handphone, blackbery, Iphone dan sebagainya
Apa itu toko online?
Toko Online atau web shop adalah media tempat kita menjual barang atau jasa secara secara online.
Toko ini bisa diakses di seluruh dunia, kapan pun dan dimana pun setiap saat.Toko online bisa dikendalikan dan dijalankan dimana saja, asal ada koneksi internet, 24 jam dalam sehari dan 365 hari dalam setahun tanpa pernah tutup, dan bisa diakses di seluruh dunia baik siang maupun malam. Wow, apa ada toko konvensional yang sanggup bekerja seperti itu.
Bahkan lebih mudah membangun sebuah toko online daripada toko konvensional,yang harus banyak persiapan dan banyak modal. Tanpa banyak karyawan dan staff untuk menjalankannya. Mau?
Perbedaan dengan toko-toko konvensional hanya bagaimana para pembeli dan penjual berinteraksi dan bertransaksi, karena dalam toko online hampir-hampir penjual dan pembeli hanya berkomunikasi via email atau Yahoo Messenger, dan sejenisnya. Tapi uangnya tentu saja nyata, yang ditransfer via Bank atau Paypal kartu kredit.
Kami berbagi ilmu tentang membuat toko online ini dengan bahasa dan cara yang mudah dimulai dari sejak beli domain dan host sampai publish dan siapGoInternational.
Sambil membaca sebaiknya langsung di praktekkan, Toko online Anda akan menjadi kenyataan. Just doit
Allahumma sholli
'alaa Sayyidina
Muhammadin thibbil quluubi
wa dawaa iha,
wa 'aafiyatil
abdani wa syifaa iha,
wanuuril abshoori
wa dhiyaa iha
wa 'ala aalihi
wa shohbihi wa sallim.
Artinya:
"Ya Allah curahkanlah rahmat kepada
junjungan kita Nabi Muhammad Shollallahu `alaihi Wa Sallam,
sebagai obat hati dan penyembuhnya,
penyehat badan dan kesembuhannya
dan sebagai penyinar penglihatan mata
beserta cahayanya
dan merupakan makanan pokok jasmani maupun rohani,
Semoga sholawat dan salam
tercurahkan pula kepada keluarga
serta para shahabat-shahabatnya."
Arti dan Makna Filosofi Ketupat di Tanah Jawa ketupat tidak lepas dari perayaan Idul Fitri. Dalam perayaan Idul Fitri, tentunya di situ ada satu hal yang tidak pernah pisah dari perayaan Ketupat Lebaran. Istilah tersebut telah menjamur di semua kalangan umat Islam terutama di pulau Jawa.
Ketupat atau kupat sangatlah identik dengan Hari Raya Idul Fitri. Buktinya saja di mana ada ucapan selamat Idul Fitri tertera gambar dua buah ketupat atau lebih. Apakah ketupat ini hanya sekedar pelengkap hari raya saja ataukah ada sesuatu makna di dalamnya?
Ketupat
Sejarah Ketupat. Adalah Kanjeng Sunan Kalijaga yang pertama kali memperkenalkan pada masyarakat Jawa. Sunan Kalijaga membudayakan 2 kali BAKDA, yaitu Bakda Lebaran dan Bakda Kupat. Bakda Kupat dimulai seminggu sesudah lebaran. Pada hari yang disebut BAKDA KUPAT tersebut, di tanah Jawa waktu itu hampir setiap rumah terlihat menganyam ketupat dari daun kelapa muda.
Setelah selesai dianyam, ketupat diisi dengan beras kemudian dimasak. Ketupat tersebut diantarkan ke kerabat yang lebih tua, sebagai lambang kebersamaan.
Arti Kata Ketupat
Dalam filosofi Jawa, ketupat lebaran bukanlah sekedar hidangan khas hari raya lebaran. Ketupat memiliki makna khusus. Ketupat atau kupat dalam bahasa Jawa merupakan kependekan dari Ngaku Lepat dan Laku Papat. Ngaku lepat artinya mengakui kesalahan. Laku papat artinya empat tindakan.
Ngaku Lepat
Tradisi sungkeman menjadi implementasi ngaku lepat (mengakui kesalahan) bagi orang Jawa. Prosesi sungkeman yakni bersimpuh di hadapan orang tua seraya memohon ampun, dan ini masih membudaya hingga kini. Sungkeman mengajarkan pentingnya menghormati orang tua, bersikap rendah hati, memohon keikhlasan dan ampunan dari orang lain, khusunya orang tua.
Laku Papat
Laku papat artinya empat tindakan dalam perayaan Lebaran. Empat tindakan tersebut adalah: 1. Lebaran. 2. Luberan. 3. Leburan. 4. Laburan.
Arti Lebaran, Luberan, Leburan dan Laburan
Lebaran Lebaran bermakna usai, menandakan berakhirnya waktu puasa. Berasal dari kata lebar yang artinya pintu ampunan telah terbuka lebar.
Luberan Bermakna meluber atau melimpah. Sebagai simbol ajaran bersedekah untuk kaum miskin. Pengeluaran zakat fitrah menjelang lebaran pun selain menjadi ritual yang wajib dilakukan umat Islam, juga menjadi wujud kepedulian kepada sesama manusia.
Leburan Maknanya adalah habis dan melebur. Maksudnya pada momen lebaran, dosa dan kesalahan kita akan melebur habis karena setiap umat Islam dituntut untuk saling memaafkan satu sama lain.
Laburan Berasal dari kata labur atau kapur. Kapur adalah zat yang biasa digunakan untuk penjernih air maupun pemutih dinding. Maksudnya supaya manusia selalu menjaga kesucian lahir dan batin satu sama lain.
Nah, itulah arti kata ketupat yang sebenarnya. Selanjutnya kita akan mencoba membahas filosofi dari ketupat itu sendiri.
Filosofi Ketupat: 1. Mencerminkan beragam kesalahan manusia. Hal ini bisa terlihat dari rumitnya bungkusan ketupat ini.
2. Kesucian hati. Setelah ketupat dibuka, maka akan terlihat nasi putih dan hal ini mencerminkan kebersihan dan kesucian hati setelah memohon ampunan dari segala kesalahan.
3. Mencerminkan kesempurnaan. Bentuk ketupat begitu sempurna dan hal ini dihubungkan dengan kemenangan umat Islam setelah sebulan lamanya berpuasa dan akhirnya menginjak Idul Fitri.
4. Karena ketupat biasanya dihidangkan dengan lauk yang bersantan, maka dalam pantun Jawa pun ada yang bilang “KUPA SANTEN“, Kulo Lepat Nyuwun Ngapunten (Saya Salah Mohon Maaf).
Itulah makna, arti serta filosofi dari ketupat.
Betapa besar peran para Wali dalam memperkenalkan agama Islam dengan menumbuhkembangkan tradisi budaya sekitar, seperti tradisi lebaran dan hidangan ketupat yang telah menjadi tradisi dan budaya hingga saat ini.
Secara umum ketupat berasal dan ada dalam banyak budaya di kawasan Asia Tenggara. Ketupat atau kupat adalah hidangan khas Asia Tenggara maritim berbahan dasar beras yang dibungkus dengan pembungkus terbuat dari anyaman daun kelapa (janur) yang masih muda. Ketupat paling banyak ditemui pada saat perayaan Lebaran, ketika umat Islam merayakan berakhirnya bulan puasa.
Makanan khas yang menggunakan ketupat, antara lain kupat tahu (Sunda), katupat kandangan (Banjar), Grabag (kabupaten Magelang), kupat glabet (Kota Tegal), coto makassar (dari Makassar, ketupat dinamakan Katupa), lotek, serta gado-gado yang dapat dihidangkan dengan ketupat atau lontong. Ketupat juga dapat dihidangkan untuk menyertai satai, meskipun lontong lebih umum.
Selain di Indonesia, ketupat juga dijumpai di Malaysia, Brunei, dan Singapura. Di Filipina juga dijumpai bugnoy yang mirip ketupat namun dengan pola anyaman berbeda.[1]
Ada dua bentuk utama ketupat yaitu kepal bersudut 7 (lebih umum) dan jajaran genjang bersudut 6. Masing-masing bentuk memiliki alur anyaman yang berbeda. Untuk membuat ketupat perlu dipilih janur yang berkualitas yaitu yang panjang, tidak terlalu muda dan tidak terlalu tua.
Di antara beberapa kalangan di Pulau Jawa, ketupat sering digantung di atas pintu masuk rumah sebagai semacam jimat. Ada masyarakat yang memegang tradisi untuk tidak membuat ketupat di hari biasa, sehingga ketupat hanya disajikan sewaktu lebaran dan hingga lima hari (Jawa, sepasar) sesudahnya. Bahkan ada beberapa daerah di Pulau Jawa yang hanya menyajikan ketupat di hari ketujuh sesudah lebaran saja atau biasa disebut dengan Hari Raya Ketupat.
Di pulau Bali, ketupat (di sana disebut kipat) sering dipersembahkan sebagai sesajian upacara. Selain untuk sesaji, di Bali ketupat dijual keliling untuk makanan tambahan yang setaraf dengan bakso, terutama penjual makanan ini banyak dijumpai di Pantai Kuta dengan didorong keliling di sana.
Tradisi ketupat (kupat) lebaran menurut cerita adalah simbolisasi ungkapan dari bahasa Jawa ku = ngaku (mengakui) dan pat = lepat (kesalahan) yang digunakan oleh Sunan Kalijaga dalam mensyiarkan ajaran Islam di Pulau Jawa yang pada waktu itu masih banyak yang meyakini kesakralan kupat. Asilmilasi budaya dan keyakinan ini akhirnya mampu menggeser kesakralan ketupat menjadi tradisi Islami ketika ketupat menjadi makanan yang selalu ada di saat umat Islam merayakan lebaran sebagai momen yang tepat untuk saling meminta maaf dan mengakui kesalahan.
“Ingatlah, sesungguhnya wali-wali Allah itu, tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati. (Yaitu) orang- orang yang beriman dan mereka selalu bertakwa.” (QS. Yunus : 62-63).
أُحِبَّهُ، فَإِذَا أَحْبَبْتُهُ كُنْتُ سَمْعَهُ الَّذِيْ يَسْمَعُ بِهِ ، وَبَصَرَهُ الَّذِيْ يُبْصِرُ بِهِ ، وَيَدَهُ الَّتِيْ يَبْطِشُ بِهَا ، وَرِجْلَهُ الَّتِيْ يَمْشِيْ بِهَا ، وَإِنْ سَأَلَنِيْ لَأُعْطِيَنَّهُ ، وَلَئِنِ اسْتَعَاذَنِـيْ لَأُعِيْذَنَّهُ».
Dari Abu Hurairah Radhiyallahu anhu ia berkata, Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, ”Sesungguhnya Allâh Azza wa Jalla berfirman, ’Barangsiapa memusuhi wali-KU, sungguh AKU mengumumkan perang kepadanya. Tidaklah hamba-KU mendekat kepada-KU dengan sesuatu yang lebih AKU cintai daripada hal-hal yang AKU wajibkan kepadanya. Hamba-KU tidak henti-hentinya mendekat kepada-KU dengan ibadah-ibadah sunnah hingga AKU mencintainya. Jika AKU telah mencintainya, AKU menjadi pendengarannya yang ia gunakan untuk mendengar, menjadi penglihatannya yang ia gunakan untuk melihat, menjadi tangannya yang ia gunakan untuk berbuat, dan menjadi kakinya yang ia gunakan untuk berjalan. Jika ia meminta kepada-KU, AKU pasti memberinya. Dan jika ia meminta perlindungan kepada-KU, AKU pasti melindunginya.’”
Bahwa Umar bin Khatthab berkata, Nabi saw. bersabda: "Sesungguhnya di antara hamba-hamba Allah terdapat beberapa manusia yang bukan para Nabi dan bukan orang-orang yang mati syahid. Para Nabi dan orang-orang yang mati syahid merasa iri kepada mereka pada hari Kiamat karena kedudukan mereka di sisi Allah Ta'ala."
Para sahabat bertanya, “Wahai Rasulullah, apakah engkau akan menceritakan kepada kami siapakah mereka?”
Beliau bersabda: "Mereka adalah orang-orang yang saling mencintai dengan ruh dari Allah tanpa ada hubungan kekerabatan di antara mereka, dan tanpa adanya harta yang saling mereka berikan. Demi Allah, sesungguhnya wajah mereka adalah cahaya, dan sesungguhnya mereka berada di atas cahaya, tidak merasa takut ketika orang-orang merasa takut, dan tidak bersedih ketika orang-orang merasa bersedih." Dan beliau membaca ayat ini: "Ingatlah, sesungguhnya wali-wali Allah itu, tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati. (QS. Yunus : 62)." (HR. Abu Dawud)
"Wahai sekalian manusia! Dengar, pahami dan ketahuilah bahwa Allah Azza wa Jalla memiliki hamba-hamba, mereka bukan para Nabi ataupun Syuhada’ (orang-orang yang mati syahid), akan tetapi para Nabi dan Syuhada’ merasa iri pada mereka karena tempat dan kedekatan mereka dengan Allah pada hari Kiamat". Kemudian, salah seorang Badui datang, dia berasal dari pedalaman jauh dan menyendiri, dia menunjuk tangannya ke arah Nabi saw. seraya berkata: “Wahai Nabi Allah! Sekelompok orang yang bukan para Nabi ataupun Syuhada’ tetapi para Nabi dan Syuhada’ merasa iri kepada mereka karena kedudukan dan kedekatan mereka dengan Allah, sebutkan ciri-ciri mereka untuk kami?”
Wajah Rasulullah saw. bergembira karena pertanyaan orang Badui itu, lalu Rasulullah saw. bersabda: "Mereka adalah orang-orang yang berasal dari berbagai penjuru dan orang-orang asing, diantara mereka tidak dihubungkan oleh kekerabatan yang dekat, mereka saling mencintai karena Allah dan saling tulus ikhlas, Allah menempatkan untuk mereka mimbar-mimbar dari cahaya pada hari Kiamat, Allah mendudukan mereka diatasnya, Allah menjadikan wajah-wajah mereka bercahaya, pakaian-pakaian mereka bercahaya, orang-orang ketakutan pada hari Kiamat sementara mereka tidak ketakutan, mereka adalah para wali-wali Allah yang tidak takut dan tidak bersedih hati." (HR. Ahmad)
"Sesungguhnya riya yang paling ringan pun sudah terhitung syirik, dan sesungguhnya orang yang memusuhi Wali Allah maka dia telah menantang bertarung dengan Allah. Sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang baik lagi bertakwa dan tidak dikenal, yaitu orang-orang yang apabila menghilang maka mereka tidak dicari-cari, dan jika mereka hadir maka mereka tidak dikenal, hati mereka ibarat lentera-lentera petunjuk yang muncul dari setiap bumi yang gelap." (HR. Ibnu Majah)
"Sesungguhnya wali-wali yang terbaik menurutku adalah orang mukmin yang ringan kondisinya (miskin), gemar mendirikan shalat, beribadah kepada Rabb-nya dengan baik, menaati-Nya dikala sepi, tidak dikenali orang, tidak ditunjuk dengan jari (jumlahnya sedikit), rezekinya pas-pasan lalu dia selalu bersabar dengan kondisinya". Setelah itu, beliau mematok-matokkan tangannya seraya bersabda: "Kematiannya dipercepat, sedikit orang yang menangisi kematiannya dan harta warisannya pun sedikit." (HR. Tirmidzi)
AMALAN-AMALAN YANG PALING BISA MENDEKATKAN KEPADA ALLAH
Ibadah-ibadah wajib dan sunnah yang paling mendekatkan kepada Allâh Azza wa Jalla ialah mengikhlaskan ibadah hanya kepada Allâh Azza wa Jalla , mendirikan shalat, menunaikan zakat, puasa, sedekah dan lain sebagainya termasuk banyak membaca al-Qur'ân, mendengarkannya, merenungkannya serta berusaha memahaminya. Khabbâb bin al-Art Radhiyallahu anhu mengatakan, ”Mendekatlah kepada Allâh sesuai dengan kemampuanmu. Ketahuilah, engkau tidak dapat mendekat kepada-Nya dengan sesuatu yang lebih Dia cintai daripada firman-Nya (al-Qur'ân).”[13]
Bagi orang yang mencintai Allâh Azza wa Jalla tidak ada yang lebih manis daripada membaca al-Qur'ân. Utsmân bin ’Affân Radhiyallahu anhu berkata, ”Jika hati kalian bersih, kalian tidak akan pernah kenyang dengan firman Rabb kalian.”
Ibnu Mas’ud Radhiyallahu anhu berkata, ”Barangsiapa mencintai al-Qur'ân berarti ia mencintai Allâh dan Rasul-Nya.”[14]
Ibadah sunnah lainnya yang dapat mendekatkan kepada Allâh ialah banyak berdzikir dengan hati dan lisan. Dan diantara ibadah-ibadah sunnah lainnya yang lebih mendekatkan kepada Allâh ialah mencintai para wali Allâh dan orang-orang yang dicintai-Nya dan memusuhi para musuh-Nya karena-Nya.[15]
• Firman Allâh Azza wa Jalla (dalam hadits di atas), yang artinya, "Jika Aku telah mencintainya, Aku menjadi pendengarannya yang ia gunakan untuk mendengar, menjadi penglihatannya yang ia gunakan untuk melihat, menjadi tangannya yang ia gunakan untuk berbuat, dan menjadi kakinya yang ia gunakan untuk berjalan."
FAWAA-ID HADITS
1. Mengerjakan yang wajib lebih didahulukan daripada yang sunnah.
2. Amal-amal yang wajib lebih utama dari amal yang sunnah.
3. Amal-amal sunnah dapat menutupi kekurangan amal wajib.
4. Di antara sebab mendapatkan cinta Allâh adalah melaksanakan amalan wajib dan sunnah.
5. Menetapkan sifat mahabbah (cinta) bagi Allâh.
6. Wali Allâh adalah orang yang beriman dan bertakwa, yang melaksanakan amalan wajib dan sunnah, serta meninggalkan yang diharamkan Allâh Azza wa Jalla dan Rasul-Nya Shallallahu ‘alaihi wa sallam .
7. Ancaman bagi orang yang memusuhi para wali Allâh.
8. Orang yang memusuhi wali-wali Allâh, dengan mengolok, mengganggu, menyiksa, menyakiti atau membenci mereka, dia akan mendapat siksa di dunia dan akhirat.
9. Seorang hamba –betapapun tinggi derajatnya-, dia tidak boleh berhenti berdo’a, memohon kepada Allâh, karena yang demikian lebih menampakkan kehinaan dan kerendahan kepada Allâh.
10. Mendekatkan diri kepada Allâh Azza wa Jalla dengan amalan wajib dan sunnah sebagai sebab terkabulkannya do’a, dijaga dan dilindungi oleh Allâh Azza wa Jalla .
11. Di antara para wali Allâh, ada yang diberi karamah (kemuliaan) dengan do’anya mustajab, dijaga, dilindungi oleh Allâh Azza wa Jalla dan karamah lainnya.
12. Dalam hadits ini tidak ada sedikitpun dalil atau hujjah bagi kelompok sesat yang berpendapat bahwa Allâh menyatu dalam diri manusia.
13. Derajat kenabian dan kerasulan lebih tinggi di sisi Allâh daripada derajat wali.
14. Kematian adalah sesuatu yang pasti. Semua yang bernyawa pasti mati.
Kita wajib menetapkan semua nama-nama dan sifat-sifat Allâh Subhanahu wa Ta’ala . Semua nama-nama dan sifat-sifat Allâh itu tidak sama dengan nama dan sifat makhluk-Nya. Allâh Azza wa Jalla berfirman, yang artinya, "Tidak ada sesuatu pun yang serupa dengan Dia. Dan Dia yang Maha Mendengar, Maha Melihat.” (asy-Syûra/42:11).
15. Allâh Azza wa Jalla telah menetapkan kematian wali-Nya dan itu pasti terjadi, meskipun demikian Allâh Azza wa Jalla juga tidak ingin menyusahkan wali-Nya. Inilah yang dinamakan taraddud.
[Disalin dari majalah As-Sunnah Edisi 08/Tahun XIV/1431H/2010. Diterbitkan Yayasan Lajnah Istiqomah Surakarta, Jl. Solo – Purwodadi Km.8 Selokaton Gondangrejo Solo 57183 Telp. 0271-858197 Fax 0271-858196]
Mereka selalu terhindar ketika ada bencana.
Dari Ibnu Umar ra, katanya:
Rasulullah saw bersabda: “Sesungguhnya Allah mempunyai hamba-hamba yang diberi makan dengan rahmatNya dan diberi hidup dalam afiyahNya, jika Allah mematikan mereka, maka mereka akan dimasukkan ke dalam syurgaNya. Segala bencana yang tiba akan lenyap secepatnya di hadapan mereka, seperti lewatnya malam hari di hadapan mereka, dan mereka tidak terkena sedikitpun oleh bencana yang datang.”18
18 Hadis riwayat Abu Nu’aim dalam kitab Al Hilya jilid I hal 6
Hati mereka selalu terkait kepada Allah.
Imam Ali Bin Abi Thalib berkata kepada Kumail An Nakha’i: “Bumi ini tidak akan kosong dari hamba-hamba Allah yang menegakkan agama Allah dengan penuh keberanian dan keikhlasan, sehingga agama Allah tidak akan punah dari peredarannya. Akan tetapi, berapakah jumlah mereka dan dimanakah mereka berada? Kiranya hanya Allah yang mengetahui tentang mereka. Demi Allah, jumlah mereka tidak banyak, tetapi nilai mereka di sisi Allah sangat mulia. Dengan mereka, Allah menjaga agamaNya dan syariatNya, sampai dapat diterima oleh orang-orang seperti mereka. Mereka menyebarkan ilmu dan ruh keyakinan. Mereka tidak suka kemewahan, mereka senang dengan kesederhanaan. Meskipun tubuh mereka berada di dunia, tetapi rohaninya membumbung ke alam malakut. Mereka adalah khalifah-khalifah Allah di muka bumi dan para da’I kepada agamaNya yang lurus. Sungguh, betapa rindunya aku kepada mereka.”19
19 Nahjul Balaghah hal 595 dan Al Hilya jilid 1 hal. 80
Mereka suka menangis dan mengingat Allah.
‘Iyadz ibnu Ghanam menuturkan bahwa ia pernah mendengar Rasulullah saw bersabda: “Malaikat memberitahu kepadaku: “Sebaik-baik umatku berada di tingkatan-tingkatan tinggi. Mereka suka tertawa secara terang, jika mendapat nikmat dan rahmat dari Allah, tetapi mereka suka menangis secara rahsia, kerana mereka takut mendapat siksa dari Allah. Mereka suka mengingat Tuhannya di waktu pagi dan petang di rumah-rumah Tuhannya. Mereka suka berdoa dengan penuh harapan dan ketakutan. Mereka suka memohon dengan tangan mereka ke atas dan ke bawah. Hati mereka selalu merindukan Allah. Mereka suka memberi perhatian kepada manusia, meskipun mereka tidak dipedulikan orang.Mereka berjalan di muka bumi dengan rendah hati, tidak congkak, tidak bersikap bodoh dan selalu berjalan dengan tenang. Mereka suka berpakaian sederhana. Mereka suka mengikuti nasihat dan petunjuk Al Qur’an. Mereka suka membaca Al Qur’an dan suka berkorban. Allah suka memandangi mereka dengan kasih sayangNya. Mereka suka membahagikan nikmat Allah kepada sesama mereka dan suka memikirkan negeri-negeri yang lain. Jasad mereka di bumi, tapi pandangan mereka ke atas. Kaki mereka di tanah, tetapi hati mereka di langit. Jiwa mereka di bumi, tetapi hati mereka di Arsy. Roh mereka di dunia, tetapi akal mereka di akhirat. Mereka hanya memikirkan kesenangan akhirat. Dunia dinilai sebagai kubur bagi mereka. Kubur mereka di dunia, tetapi kedudukan mereka di sisi Allah sangat tinggi. Kemudian beliau menyebutkan firman Allah yang artinya:“Kedudukan yang setinggi itu adalah untuk orang-orang yang takut kepada hadiratKu dan yang takut kepada ancamanKu.”21
21 Hadis riwayat Abu Nu’aim dalam Hilya jilid I, hal 16
Jika mereka berkeinginan, maka Allah memenuhinya.
Dari Anas ibnu Malik ra berkata: “Rasul saw bersabda:“Berapa banyak manusia lemah dan dekil yang selalu dihina orang, tetapi jika ia berkeinginan, maka Allah memenuhinya, dan Al Barra’ ibnu Malik, salah seorang di antara mereka.”
Dari Abu Umamah ra, Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda: “berfirman Allah Yang Maha Besar dan Agung: “Diantara para wali-Ku di hadhirat-Ku, yang paling menerbitkan iri-hati ialah si mu’min yang kurang hartanya, yang menemukan nasib hidupnya dalam shalat, yang paling baik ibadat kepada Tuhannya, dan taat kepada-Nya dalam keadaan tersembunyi maupun terang. Ia tak terlihat di antara khalayak, tak tertuding dengan telunjuk. Rezekinya secukupnya, tetapi iapun sabar dengan hal itu. Kemudian Beliau shallallahu alaihi wasallam menjentikkan jarinya, lalu bersabda: ”Kematiannya dipercepat, tangisnya hanya sedikit dan peninggalannya amat kurangnya”. (HR. At Tirmidzi, Ibn Majah, Ibn Hanbal)”.
Diriwayatkan dari Ibnu Abbas ra bahwa“Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda: “Ada tiga sifat yang jika dimiliki oleh seorang, maka ia akan menjadi wali Allah, iaitu: pandai mengendalikan perasaannya di saat marah, wara’ dan berbudi luhur kepada orang lain.” (Hadis riwayat Ibnu Abi Dunya di dalam kitab Al Auliya’)“
Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda: “Wahai Abu Hurairah, berjalanlah engkau seperti segolongan orang yang tidak takut ketika manusia ketakutan di hari kiamat. Mereka tidak takut siksa api neraka ketika manusia takut. Mereka menempuh perjalanan yang berat sampai mereka menempati tingkatan para nabi. Mereka suka berlapar, berpakaian sederhana dan haus, meskipun mereka mampu. Mereka lakukan semua itu demi untuk mendapatkan redha Allah. Mereka tinggalkan rezeki yang halal karena akan amanahnya. Mereka bersahabat dengan dunia hanya dengan badan mereka, tetapi mereka tidak tertipu oleh dunia. Ibadah mereka menjadikan para malaikat dan para nabi sangat kagum. Sungguh amat beruntung mereka, alangkah senangnya jika aku dapat bertemu dengan mereka.” Kemudian Rasulullah shallallahu alaihi wasallam menangis karena rindu kepada mereka. Dan beliau bersabda: “Jika Allah hendak menyiksa penduduk bumi, kemudian Dia melihat mereka, maka Allah akan menjauhkan siksaNya. Wahai Abu Hurairah, hendaknya engkau menempuh jalan mereka, sebab siapapun yang menyimpang dari penjalanan mereka, maka ia akan mendapati siksa yang berat”. (Hadis riwayat Abu Hu’aim dalam kitab Al Hilya)
Dalam hadits Qudsi, “Allah berfirman yang artinya: “Para Wali-Ku itu ada dibawah naungan-Ku, tiada yang mengenal mereka dan mendekat kepada seorang wali, kecuali jika Allah memberikan Taufiq HidayahNya”
Abu Yazid al Busthami mengatakan: “Para wali Allah merupakan pengantin-pengantin di bumi-Nya dan takkan dapat melihat para pengantin itu melainkan ahlinya“.
Sahl Ibn ‘Abd Allah at-Tustari ketika ditanya oleh muridnya tentang bagaimana (cara) mengenal Waliyullah, ia menjawab: “Allah tidak akan memperkenalkan mereka kecuali kepada orang-orang yang serupa dengan mereka, atau kepada orang yang bakal mendapat manfaat dari mereka – untuk mengenal dan mendekat kepada-Nya.”
Para Wali Allah ini,mengingatkan akan lagunya Dewa 19 yaitu SATU :
aku ini adalah diri-MU
cinta ini adalah cinta-MU
aku ini adalah diri-MU
jiwa ini adalah jiwa-MU
rindu ini adalah rindu-MU
darah ini adalah darah-MU
tak ada yang lain selain diri-MU yang selalu kupuja
kusebut nama-MU di setiap hembusan nafasku
kusebut nama-MU..... kusebut Nama-MU.....
dengan tangan-MU aku menyentuh
dengan kaki-MU aku berjalan
dengan mata-MU aku memandang
dengan telinga-MU aku mendengar
dengan lidah-MU aku bicara
dengan hati-MU aku merasa
tak ada yang lain selain diri-MU yang selalu kupuja
kusebut Nama-MU di setiap hembusan nafasku
kusebut Nama-MU..... Kusebut Nama-MU.....
tak ada yang lain selain diri-MU yang selalu kupuja
kusebut Nama-MU di setiap hembusan nafasku
kusebut Nama-MU..... kusebut Nama-MU.....
tak ada yang lain selain diri-MU yang selalu kupuja
kusebut Nama-MU di setiap hembusan nafasku
kusebut Nama-MU..... kusebut Nama-MU.....
KH Chamim Tohari Jazuli, akrab dipanggil Gus Miek
lahir di Kediri, Jawa Timur, 17 Agustus 1940
meninggal di Surabaya, Jawa Timur, 5 Juni 1993 pada umur 52 tahun.
Al-Maghfurlah Al-Mukarrom Kyai Chamim Djazuli (Gus Miek) adalah pendiri Majelis Sema’an Al-Qur’an JANTIKO MANTAB dan Mursyid Tunggal Dzikrul Ghofilin.
Gus Miek adalah pencipta DOA SYAIR PANGGIRING ATI yang dibaca setelah doa akhir wirid DZIKRUL GHOFILIN atau sebelum DOA KHOTMIL QUR’AN.
Doa Syair DZIKRUL GHOFILIN
( Pengingat Mereka Yang Lupa )
“ Panggiring Ati “
Amin Ya Alloh, Ya Rohman, Ya Rohim. Antal Jawadul Halim, wa Anta Ni’mal Mu’in
(Kabulkan doa kami Ya Allah, Wahai Dzat Yang Maha Pengasih, Wahai Dzat Yang Maha Penyayang. Engkau lah Dzat Yang Maha Penyantun dan Engkau lah Sebaik-baik Dzat Yang Maha Memberikan Pertolongan)
Bait : 1 Ya Halim, Ya Hanan, Ya Maliku, Ya Mubin. Wala nathlubu syai’an illa Anta Ya Mu’in
(Wahai Dzat Yang Maha Pemurah, Wahai Dzat Yang Maha Pengasih, Wahai Dzat Yang Maha Merajai, Wahai Dzat Yang Maha Nyata. Tiada sesuatu pun yang kami cari, kecuali Engkau Wahai Dzat Yang Maha Memberi Pertolongan)
Bait : 2 Robbanastaqim dzikrona wa Dzikrol Ghofilin. Wajma’na fil abrori khiyarikal faizin
(Wahai Tuhan kami, istiqomahkan kami dalam selalu mengingat-Mu, dan dalam mengamalkan Dzikrul Ghofilin. Serta kumpulkan beserta orang-orang yang baik, yakni orang-orang pilihan-Mu yang beruntung)
Bait : 3 Syakawnaka robbana babadu’ fi nafsina. Litaghfirona ghoffaru wa lituhsinana
(Wahai Tuhan kami, kami adukan segala kelemahan diri kami ke haribaan-Mu. Agar kami mendapatkan ampunan-Mu, Wahai Dzat Yang Maha Menyukai & Memberikan Ampunan, dan agar Engkau beri kami kekuatan untuk selalu dalam keadaan lebih baik)
Bait : 4 Bidawamil ma’rifati adim liqo-ana. Bihadrotika Ilahana Ya Ilahana
(Dengan terus menerusnya ma'rifat mengenal-Mu, semoga Engkau kekalkan pertemuan kami di haribaan-Mu, Wahai Gusti Tuhan kami, Ya Alloh Tuhan kami)
Bait : 5 Sa-alnaka istiqomata fi tadzakurik, wastiqomatana fi tasyakuri ni’amik
(Kami memohon kepada-Mu agar istiqomah dalam mengingat Diri-Mu, dan agar istiqomah dalam mensyukuri segala nikmat-nikmat karunia-Mu)
Bait : 6 Ya Karim, Ya Karim, an’imna bi ni’matik. Ya Arhamar Rohimin, irhamna bi rohmatik
(Wahai Dzat Yang Maha Mulia, Wahai Dzat yang Maha Mulia, berilah kami kenikmatan dengan karunia-Mu. Wahai Dzat yang Maha Penyayang, sayangilah kami dengan kasih sayang-Mu)
Bait : 7 Ya Lathifu Ya Khobir, najinna minal ihan. Ya Qowwiyu Ya Matin, anjina minal mihan
(Wahai Dzat Yang Maha Lembut, Wahai Dzat Yang Maha Waspada, selamatkanlah kami dari berbagai bencana. Wahai Dzat Yang Maha Kuat, Wahai Dzat Yang Maha Kokoh, selamatkanlah kami dari segala musibah)
Bait : 8 Ya Jalilu bi Jalalika asbitil iman. Robbana khoiril munzilina anzilil minan
(Wahai Dzat Yang Maha Mulia, dengan sebab kemuliaan-Mu, tetapkanlah iman kami. Wahai Dzat yang Maha Baik dalam menurunkan sesuatu hal-nya, turunkanlah kepada kami berbagai karunia)
Bait : 9 Robbana ahsin lana dzohiron wa bathinan, ma’a khusnidzoni bi hadrotika Ya Manan
(Wahai Tuhan Pembimbing kami, perbaikilah lahir batin kami, beserta sikap baik sangka kepada-Mu, Wahai Dzat Yang Maha Memiliki Karunia)
Bait : 10 Pangeran Panjenengan dandosi kula niki, lahir batin sarono manah sae kang suci
(Duh Gusti, perbaikilah aku ini, secara lahir dan batin dengan hati yang baik dan suci)
Bait : 11 Wa Ya ‘Alimu a’thilana ‘ilman mu’malan, wa li ro’iyatina ‘ilman yudkhilul jinnan
(Wahai Dzat Yang Maha Berilmu, anugerahilah kami ilmu yang ter-amalkan. Dan juga anugerahilah rakyat/umat dengan ilmu yang menjadikan kami semua masuk ke dalam surga-surga)
Bait : 12 AL-QUR’AN kalamulloh, kalamullohil Hanan, wa adkhilna bi dzalika farodi saljinan
(AL-QUR’AN adalah firman ALLAH, firman ALLAH Yang Maha Belas Kasih, dan semoga dengan-nya (AL-QUR’AN) Engkau masukkan kami ke dalam surga Firdaus)
Bait : 13 Bijudika Ya Jawwad, Ya Wahidu, Ya Shomad, ij’alna minal faizina fauzan fil abad
(Dengan kesantunan-Mu Wahai Dzat Yang Maha Memberi, Wahai Dzat Yang Maha Esa, Wahai Dzat Maha Tempat bergantung, jadikanlah kami ke dalam golongan orang-orang yang beruntung selama-lamanya)
Bait : 14 Ya Hafidzu, Ya Nashir, Ya Wakilu, Ya Alloh, bariklana walahum ajma’ina Ya Alloh
(Wahai Dzat Yang Maha Menjaga, Wahai Dzat Yang Maha Menolong, Wahai Dzat Yang Maha Mengurus, Wahai Allah, berkahilah kami dan mereka semua Ya Allah)
Bait : 15 Ya Sami’u, Ya Bashir, Ya Wajidu, Ya Ahad, sa-alnaka ni’matan la tuhso Antal ma’ad
(Wahai Dzat Yang Maha Mendengar, Wahai Dzat yang Maha Melihat, Wahai Dzat Yang Maha Pecinta, Wahai Dzat Yang Maha Esa, kami bermohon kepada-Mu akan kenikmatan yang tiada batas, Engkau-lah Tempat kembali)
Bait : 16 Wa Anta Shohibu kun fayakun idza arodta,syai’an wujudahu Anta Muridul Murod
(Dan Engkau-lah Pemilik KUN (jadilah) FAYAKUN (maka terjadilah) saat Diri-Mu menginginkan terwujudnya segala sesuatu, sungguh hakekatnya Engkaulah Dzat Yang Maha Menginginkan segala sesuatu yang diinginkan)
Bait : 17 Ya Ghoniyyu, Ya Hamidu, wa Ya Rozaqu qod, rowja’na salamatana fi daroini fa qod
(Wahai Dzat Yang Maha Kaya, Wahai Dzat Yang Maha Terpuji, Wahai Dzat yang Maha Memberi Rizki, yang kami dambakan hanyalah keselamatan dunia dan akhirat kami)
Bait : 18 Bismikal ‘adhimi hassil jami’a ma qoshshod, nahu min dzikrika wa tasyakuri fil awqod
(Dengan nama-Mu Yang Maha Agung, berhasilkanlah segala hal yang menjadi keinginan-keinginan kami, yakni keinginan untuk mengingat-Mu dan setiap saat dapat mensyukuri-Mu)
Bait : 19 Ya ‘Aliyyu, Ya ‘Adhimu, Ya Qohharu bifadhlika sallima minal ahwali wal afat
(Wahai Dzat Yang Maha Luhur, Wahai Dzat Yang Maha Agung, Wahai Dzat Yang Kuasa Untuk Memaksa, dengan keutamaan sifat Kasih Sayang-Mu selamatkanlah kami dari segala kesulitan dan bencana)
Bait : 20 Ya Salam, Ya Salamu, Ya Qodhiyal hajat, Ya Rofi’ irfa’na ‘indaka a’lad darojat
(Wahai Dzat Yang Maha Memberi Kedamaian, Wahai Dzat Yang Maha Memberi Ketentraman, Wahai Dzat Yang Maha Menunaikan segala hajat , Wahai Dzat Yang Maha Meninggikan, tinggikanlah kami di sisi-Mu dengan derajat yang setinggi-tingginya)
Bait : 21 Ya Awwalu, Ya Akhiru, sa-alnaka bi’adhlika ridho-an makrunan bi khusnil i’tiqod
(Wahai Dzat Yang Maha Awal, Wahai Dzat Yang Maha Akhir, kami memohon dengan sifat Maha Adil-Mu, berupa keridhoan disertai keyakinan yang baik)
Bait : 22 Robbi Robbal ‘Izzati, qina minal mufsidat, salimna minal ahwali wa minal muhlikat
(Wahai Tuhanku, Tuhan Pembimbing Yang Maha Memiliki Kemuliaan, selamatkanlah kami dari berbagai macam kerusakan,selamatkanlah kami dari berbagai kesulitan dan pengrusakan)
Bait : 23 Laqod haqqo qowlukal maktubi fi Furqonik, man ‘arofaka bijiddin lafi jannatik
(Telah begitu Nyata Haq Kebenaran firman-Mu yang tertulis dalam furqon (Al Qur'an)-Mu. Barangsiapa sungguh mengenal-Mu, maka sungguh ia akan menghuni surga-Mu.)
Bait : 24 Bijahin Nabi shollallahu wasallama, ‘alaihi wa ‘alindama wal hamdulil ahad
(Semua ini dikarenakan dengan sebab Nabi Muhammad, yang semoga Tuhan memberi anugerah dan keselamatan baginyabeserta keluarganya selamanya, dan akhirnya segala puji bagi Dzat Yang Maha Esa)
Amin Ya Alloh, Ya Rohman, Ya Rohim. Antal Jawadul Halim wa Anta Ni’mal Mu’in
(Kabulkan doa kami Ya Allah, Wahai Dzat Yang Maha Pengasih, Wahai Dzat Yang Maha Penyayang. Engkau lah Dzat YangMaha Penyantun dan Engkau lah Sebaik-baik Dzat Yang Maha Memberikan Pertolongan)
Robbananfa’na bi barokatihi
(Ya Tuhan,berilah kami manfaat dikarenakan berkah yang Engkau limpahkan kepadanya)
Robbanajma’na fi zumrotihi
(Ya Tuhan, kumpulkankanlah kami ke dalam golongan orang-orang saleh sebagaimana halnya dengan dirinya)
Sumber : Mas Wibie M
NB:
Majelis Sema’an Al Qur’an Dan Dzikrul Ghofilin “ Jantiko Mantab “ :
Alamat : Ndalem Gus Miek,Ploso,Mojo,Kediri – Jawa Timur
KH Muhammad Zaini bin Abdul Ghani al-Banjari
lahir di Tunggul Irang, Martapura, 11 Februari 1942
meninggal di Martapura, 10 Agustus 2005 pada umur 63 tahun
Salah satu pesan Guru Sekumpul adalah tentang karamah, yakni
agar kita jangan sampai tertipu dengan segala keanehan dan keunikan.
Karena bagaimanapun juga karamah adalah anugrah, murni pemberian, bukan
suatu keahlian atau skill. Karena itu jangan pernah berpikir atau
berniat untuk mendapatkan karamah dengan melakukan ibadah atau
wiridan-wiridan.
Dan karamah yang paling mulia dan tinggi nilainya
adalah istiqamah di jalan Allah itu sendiri. Kalau ada orang mengaku
sendiri punya karamah tapi salatnya tidak karuan, maka itu bukan
karamah, tapi bakarmi (orang yang keluar sesuatu dari duburnya).
Guru Sekumpul juga sempat memberikan beberapa pesan kepada seluruh masyarakat Islam, yakni:
Menghormati ulama dan orang tua
Baik sangka terhadap muslimin
Murah harta
Manis muka
Jangan menyakiti orang lain
Mengampunkan kesalahan orang lain
Jangan bermusuh-musuhan
Jangan tamak atau serakah
Berpegang kepada Allah, pada kabul segala hajat
Yakin keselamatan itu pada kebenaran.
Sumber :
http://id.wikipedia.org/wiki/Muhammad_Zaini_Abdul_Ghani