أُحِبَّهُ، فَإِذَا أَحْبَبْتُهُ كُنْتُ سَمْعَهُ الَّذِيْ يَسْمَعُ بِهِ ، وَبَصَرَهُ الَّذِيْ يُبْصِرُ بِهِ ، وَيَدَهُ الَّتِيْ يَبْطِشُ بِهَا ، وَرِجْلَهُ الَّتِيْ يَمْشِيْ بِهَا ، وَإِنْ سَأَلَنِيْ لَأُعْطِيَنَّهُ ، وَلَئِنِ اسْتَعَاذَنِـيْ لَأُعِيْذَنَّهُ».
Dari Abu Hurairah Radhiyallahu anhu ia berkata, Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, ”Sesungguhnya Allâh Azza wa Jalla berfirman, ’Barangsiapa memusuhi wali-KU, sungguh AKU mengumumkan perang kepadanya. Tidaklah hamba-KU mendekat kepada-KU dengan sesuatu yang lebih AKU cintai daripada hal-hal yang AKU wajibkan kepadanya. Hamba-KU tidak henti-hentinya mendekat kepada-KU dengan ibadah-ibadah sunnah hingga AKU mencintainya. Jika AKU telah mencintainya, AKU menjadi pendengarannya yang ia gunakan untuk mendengar, menjadi penglihatannya yang ia gunakan untuk melihat, menjadi tangannya yang ia gunakan untuk berbuat, dan menjadi kakinya yang ia gunakan untuk berjalan. Jika ia meminta kepada-KU, AKU pasti memberinya. Dan jika ia meminta perlindungan kepada-KU, AKU pasti melindunginya.’”
أَنَّ عُمَرَ بْنَ الْخَطَّابِ قَالَ قَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِنَّ مِنْ عِبَادِ اللهِ لَأُنَاسًا مَا هُمْ بِأَنْبِيَاءَ وَلَا شُهَدَاءَ يَغْبِطُهُمُ الْأَنْبِيَاءُ وَالشُّهَدَاءُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ بِمَكَانِهِمْ مِنَ اللهِ تَعَالَى قَالُوْا يَا رَسُوْلَ اللهِ تُخْبِرُنَا مَنْ هُمْ قَالَ هُمْ قَوْمٌ تَحَابُّوْا بِرُوْحِ اللهِ عَلَى غَيْرِ أَرْحَامٍ بَيْنَهُمْ وَلَا أَمْوَالٍ يَتَعَاطَوْنَهَا فَوَاللهِ إِنَّ وُجُوْهَهُمْ لَنُوْرٌ وَإِنَّهُمْ عَلَى نُوْرٍ لَا يَخَافُوْنَ إِذَا خَافَ النَّاسُ وَلَا يَحْزَنُوْنَ إِذَا حَزِنَ النَّاسُ وَقَرَأَ هٰذِهِ الْآيَةَ ( أَلَآ إِنَّ أَوْلِيَآءَ اللهِ لَا خَوْفٌ عَلَيْهِمْ وَلَا هُمْ يَحْزَنُوْنَ )
Bahwa Umar bin Khatthab berkata, Nabi saw. bersabda: "Sesungguhnya di antara hamba-hamba Allah terdapat beberapa manusia yang bukan para Nabi dan bukan orang-orang yang mati syahid. Para Nabi dan orang-orang yang mati syahid merasa iri kepada mereka pada hari Kiamat karena kedudukan mereka di sisi Allah Ta'ala."
Para sahabat bertanya, “Wahai Rasulullah, apakah engkau akan menceritakan kepada kami siapakah mereka?”
Beliau bersabda: "Mereka adalah orang-orang yang saling mencintai dengan ruh dari Allah tanpa ada hubungan kekerabatan di antara mereka, dan tanpa adanya harta yang saling mereka berikan. Demi Allah, sesungguhnya wajah mereka adalah cahaya, dan sesungguhnya mereka berada di atas cahaya, tidak merasa takut ketika orang-orang merasa takut, dan tidak bersedih ketika orang-orang merasa bersedih." Dan beliau membaca ayat ini: "Ingatlah, sesungguhnya wali-wali Allah itu, tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati. (QS. Yunus : 62)." (HR. Abu Dawud)
يَآأَيُّهَا النَّاسُ اسْمَعُوْا وَاعْقِلُوْا وَاعْلَمُوْا أَنَّ لِلّٰهِ عَزَّ وَجَلَّ عِبَادًا لَيْسُوْا بِأَنْبِيَاءَ وَلَا شُهَدَاءَ يَغْبِطُهُمُ الْأَنْبِيَاءُ وَالشُّهَدَاءُ عَلَى مَجَالِسِهِمْ وَقُرْبِهِمْ مِنَ اللهِ فَجَاءَ رَجُلٌ مِنَ الْأَعْرَابِ مِنْ قَاصِيَةِ النَّاسِ وَأَلْوَى بِيَدِهِ إِلَى نَبِيِّ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ يَا نَبِيَّ اللهِ نَاسٌ مِنَ النَّاسِ لَيْسُوْا بِأَنْبِيَاءَ وَلَا شُهَدَاءَ يَغْبِطُهُمُ الْأَنْبِيَاءُ وَالشُّهَدَاءُ عَلَى مَجَالِسِهِمْ وَقُرْبِهِمْ مِنَ اللهِ انْعَتْهُمْ لَنَا يَعْنِيْ صِفْهُمْ لَنَا فَسُرَّ وَجْهُ رَسُوْلِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لِسُؤَالِ الْأَعْرَابِيِّ فَقَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ هُمْ نَاسٌ مِنْ أَفْنَاءِ النَّاسِ وَنَوَازِعِ الْقَبَائِلِ لَمْ تَصِلْ بَيْنَهُمْ أَرْحَامٌ مُتَقَارِبَةٌ تَحَابُّوْا فِي اللهِ وَتَصَافَوْا يَضَعُ اللهُ لَهُمْ يَوْمَ الْقِيَامَةِ مَنَابِرَ مِنْ نُوْرٍ فَيُجْلِسُهُمْ عَلَيْهَا فَيَجْعَلُ وُجُوْهَهُمْ نُوْرًا وَثِيَابَهُمْ نُوْرًا يَفْزَعُ النَّاسُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ وَلَا يَفْزَعُوْنَ وَهُمْ أَوْلِيَاءُ اللهِ الَّذِيْنَ لَا خَوْفٌ عَلَيْهِمْ وَلَا هُمْ يَحْزَنُوْنَ
"Wahai sekalian manusia! Dengar, pahami dan ketahuilah bahwa Allah Azza wa Jalla memiliki hamba-hamba, mereka bukan para Nabi ataupun Syuhada’ (orang-orang yang mati syahid), akan tetapi para Nabi dan Syuhada’ merasa iri pada mereka karena tempat dan kedekatan mereka dengan Allah pada hari Kiamat". Kemudian, salah seorang Badui datang, dia berasal dari pedalaman jauh dan menyendiri, dia menunjuk tangannya ke arah Nabi saw. seraya berkata: “Wahai Nabi Allah! Sekelompok orang yang bukan para Nabi ataupun Syuhada’ tetapi para Nabi dan Syuhada’ merasa iri kepada mereka karena kedudukan dan kedekatan mereka dengan Allah, sebutkan ciri-ciri mereka untuk kami?”
Wajah Rasulullah saw. bergembira karena pertanyaan orang Badui itu, lalu Rasulullah saw. bersabda: "Mereka adalah orang-orang yang berasal dari berbagai penjuru dan orang-orang asing, diantara mereka tidak dihubungkan oleh kekerabatan yang dekat, mereka saling mencintai karena Allah dan saling tulus ikhlas, Allah menempatkan untuk mereka mimbar-mimbar dari cahaya pada hari Kiamat, Allah mendudukan mereka diatasnya, Allah menjadikan wajah-wajah mereka bercahaya, pakaian-pakaian mereka bercahaya, orang-orang ketakutan pada hari Kiamat sementara mereka tidak ketakutan, mereka adalah para wali-wali Allah yang tidak takut dan tidak bersedih hati." (HR. Ahmad)
إِنَّ يَسِيْرَ الرِّيَاءِ شِرْكٌ وَإِنَّ مَنْ عَادَى لِلّٰهِ وَلِيًّا فَقَدْ بَارَزَ اللهَ بِالْمُحَارَبَةِ إِنَّ اللهَ يُحِبُّ الْأَبْرَارَ الْأَتْقِيَاءَ الْأَخْفِيَاءَ الَّذِيْنَ إِذَا غَابُوْا لَمْ يُفْتَقَدُوْا وَإِنْ حَضَرُوْا لَمْ يُدْعَوْا وَلَمْ يُعْرَفُوْا قُلُوْبُهُمْ مَصَابِيْحُ الْهُدَى يَخْرُجُوْنَ مِنْ كُلِّ غَبْرَاءَ مُظْلِمَةٍ
"Sesungguhnya riya yang paling ringan pun sudah terhitung syirik, dan sesungguhnya orang yang memusuhi Wali Allah maka dia telah menantang bertarung dengan Allah. Sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang baik lagi bertakwa dan tidak dikenal, yaitu orang-orang yang apabila menghilang maka mereka tidak dicari-cari, dan jika mereka hadir maka mereka tidak dikenal, hati mereka ibarat lentera-lentera petunjuk yang muncul dari setiap bumi yang gelap." (HR. Ibnu Majah)
إِنَّ أَغْبَطَ أَوْلِيَائِيْ عِنْدِيْ لَمُؤْمِنٌ خَفِيْفُ الْحَاذِ ذُوْ حَظٍّ مِنَ الصَّلَاةِ أَحْسَنَ عِبَادَةَ رَبِّهِ وَأَطَاعَهُ فِي السِّرِّ وَكَانَ غَامِضًا فِي النَّاسِ لَا يُشَارُ إِلَيْهِ بِالْأَصَابِعِ وَكَانَ رِزْقُهُ كَفَافًا فَصَبَرَ عَلَى ذٰلِكَ ثُمَّ نَقَرَ بِيَدِهِ فَقَالَ عُجِّلَتْ مَنِيَّتُهُ قَلَّتْ بَوَاكِيْهِ قَلَّ تُرَاثُهُ
"Sesungguhnya wali-wali yang terbaik menurutku adalah orang mukmin yang ringan kondisinya (miskin), gemar mendirikan shalat, beribadah kepada Rabb-nya dengan baik, menaati-Nya dikala sepi, tidak dikenali orang, tidak ditunjuk dengan jari (jumlahnya sedikit), rezekinya pas-pasan lalu dia selalu bersabar dengan kondisinya". Setelah itu, beliau mematok-matokkan tangannya seraya bersabda: "Kematiannya dipercepat, sedikit orang yang menangisi kematiannya dan harta warisannya pun sedikit." (HR. Tirmidzi)
AMALAN-AMALAN YANG PALING BISA MENDEKATKAN KEPADA ALLAH
Ibadah-ibadah wajib dan sunnah yang paling mendekatkan kepada Allâh Azza wa Jalla ialah mengikhlaskan ibadah hanya kepada Allâh Azza wa Jalla , mendirikan shalat, menunaikan zakat, puasa, sedekah dan lain sebagainya termasuk banyak membaca al-Qur'ân, mendengarkannya, merenungkannya serta berusaha memahaminya. Khabbâb bin al-Art Radhiyallahu anhu mengatakan, ”Mendekatlah kepada Allâh sesuai dengan kemampuanmu. Ketahuilah, engkau tidak dapat mendekat kepada-Nya dengan sesuatu yang lebih Dia cintai daripada firman-Nya (al-Qur'ân).”[13]
Bagi orang yang mencintai Allâh Azza wa Jalla tidak ada yang lebih manis daripada membaca al-Qur'ân. Utsmân bin ’Affân Radhiyallahu anhu berkata, ”Jika hati kalian bersih, kalian tidak akan pernah kenyang dengan firman Rabb kalian.”
Ibnu Mas’ud Radhiyallahu anhu berkata, ”Barangsiapa mencintai al-Qur'ân berarti ia mencintai Allâh dan Rasul-Nya.”[14]
Ibadah sunnah lainnya yang dapat mendekatkan kepada Allâh ialah banyak berdzikir dengan hati dan lisan. Dan diantara ibadah-ibadah sunnah lainnya yang lebih mendekatkan kepada Allâh ialah mencintai para wali Allâh dan orang-orang yang dicintai-Nya dan memusuhi para musuh-Nya karena-Nya.[15]
• Firman Allâh Azza wa Jalla (dalam hadits di atas), yang artinya, "Jika Aku telah mencintainya, Aku menjadi pendengarannya yang ia gunakan untuk mendengar, menjadi penglihatannya yang ia gunakan untuk melihat, menjadi tangannya yang ia gunakan untuk berbuat, dan menjadi kakinya yang ia gunakan untuk berjalan."
FAWAA-ID HADITS
1. Mengerjakan yang wajib lebih didahulukan daripada yang sunnah.
2. Amal-amal yang wajib lebih utama dari amal yang sunnah.
3. Amal-amal sunnah dapat menutupi kekurangan amal wajib.
4. Di antara sebab mendapatkan cinta Allâh adalah melaksanakan amalan wajib dan sunnah.
5. Menetapkan sifat mahabbah (cinta) bagi Allâh.
6. Wali Allâh adalah orang yang beriman dan bertakwa, yang melaksanakan amalan wajib dan sunnah, serta meninggalkan yang diharamkan Allâh Azza wa Jalla dan Rasul-Nya Shallallahu ‘alaihi wa sallam .
7. Ancaman bagi orang yang memusuhi para wali Allâh.
8. Orang yang memusuhi wali-wali Allâh, dengan mengolok, mengganggu, menyiksa, menyakiti atau membenci mereka, dia akan mendapat siksa di dunia dan akhirat.
9. Seorang hamba –betapapun tinggi derajatnya-, dia tidak boleh berhenti berdo’a, memohon kepada Allâh, karena yang demikian lebih menampakkan kehinaan dan kerendahan kepada Allâh.
10. Mendekatkan diri kepada Allâh Azza wa Jalla dengan amalan wajib dan sunnah sebagai sebab terkabulkannya do’a, dijaga dan dilindungi oleh Allâh Azza wa Jalla .
11. Di antara para wali Allâh, ada yang diberi karamah (kemuliaan) dengan do’anya mustajab, dijaga, dilindungi oleh Allâh Azza wa Jalla dan karamah lainnya.
12. Dalam hadits ini tidak ada sedikitpun dalil atau hujjah bagi kelompok sesat yang berpendapat bahwa Allâh menyatu dalam diri manusia.
13. Derajat kenabian dan kerasulan lebih tinggi di sisi Allâh daripada derajat wali.
14. Kematian adalah sesuatu yang pasti. Semua yang bernyawa pasti mati.
Kita wajib menetapkan semua nama-nama dan sifat-sifat Allâh Subhanahu wa Ta’ala . Semua nama-nama dan sifat-sifat Allâh itu tidak sama dengan nama dan sifat makhluk-Nya. Allâh Azza wa Jalla berfirman, yang artinya, "Tidak ada sesuatu pun yang serupa dengan Dia. Dan Dia yang Maha Mendengar, Maha Melihat.” (asy-Syûra/42:11).
15. Allâh Azza wa Jalla telah menetapkan kematian wali-Nya dan itu pasti terjadi, meskipun demikian Allâh Azza wa Jalla juga tidak ingin menyusahkan wali-Nya. Inilah yang dinamakan taraddud.
[Disalin dari majalah As-Sunnah Edisi 08/Tahun XIV/1431H/2010. Diterbitkan Yayasan Lajnah Istiqomah Surakarta, Jl. Solo – Purwodadi Km.8 Selokaton Gondangrejo Solo 57183 Telp. 0271-858197 Fax 0271-858196]
Mereka selalu terhindar ketika ada bencana.
Dari Ibnu Umar ra, katanya:
Rasulullah saw bersabda: “Sesungguhnya Allah mempunyai hamba-hamba yang diberi makan dengan rahmatNya dan diberi hidup dalam afiyahNya, jika Allah mematikan mereka, maka mereka akan dimasukkan ke dalam syurgaNya. Segala bencana yang tiba akan lenyap secepatnya di hadapan mereka, seperti lewatnya malam hari di hadapan mereka, dan mereka tidak terkena sedikitpun oleh bencana yang datang.”18
18 Hadis riwayat Abu Nu’aim dalam kitab Al Hilya jilid I hal 6
Hati mereka selalu terkait kepada Allah.
Imam Ali Bin Abi Thalib berkata kepada Kumail An Nakha’i: “Bumi ini tidak akan kosong dari hamba-hamba Allah yang menegakkan agama Allah dengan penuh keberanian dan keikhlasan, sehingga agama Allah tidak akan punah dari peredarannya. Akan tetapi, berapakah jumlah mereka dan dimanakah mereka berada? Kiranya hanya Allah yang mengetahui tentang mereka. Demi Allah, jumlah mereka tidak banyak, tetapi nilai mereka di sisi Allah sangat mulia. Dengan mereka, Allah menjaga agamaNya dan syariatNya, sampai dapat diterima oleh orang-orang seperti mereka. Mereka menyebarkan ilmu dan ruh keyakinan. Mereka tidak suka kemewahan, mereka senang dengan kesederhanaan. Meskipun tubuh mereka berada di dunia, tetapi rohaninya membumbung ke alam malakut. Mereka adalah khalifah-khalifah Allah di muka bumi dan para da’I kepada agamaNya yang lurus. Sungguh, betapa rindunya aku kepada mereka.”19
19 Nahjul Balaghah hal 595 dan Al Hilya jilid 1 hal. 80
Mereka suka menangis dan mengingat Allah.
‘Iyadz ibnu Ghanam menuturkan bahwa ia pernah mendengar Rasulullah saw bersabda: “Malaikat memberitahu kepadaku: “Sebaik-baik umatku berada di tingkatan-tingkatan tinggi. Mereka suka tertawa secara terang, jika mendapat nikmat dan rahmat dari Allah, tetapi mereka suka menangis secara rahsia, kerana mereka takut mendapat siksa dari Allah. Mereka suka mengingat Tuhannya di waktu pagi dan petang di rumah-rumah Tuhannya. Mereka suka berdoa dengan penuh harapan dan ketakutan. Mereka suka memohon dengan tangan mereka ke atas dan ke bawah. Hati mereka selalu merindukan Allah. Mereka suka memberi perhatian kepada manusia, meskipun mereka tidak dipedulikan orang.Mereka berjalan di muka bumi dengan rendah hati, tidak congkak, tidak bersikap bodoh dan selalu berjalan dengan tenang. Mereka suka berpakaian sederhana. Mereka suka mengikuti nasihat dan petunjuk Al Qur’an. Mereka suka membaca Al Qur’an dan suka berkorban. Allah suka memandangi mereka dengan kasih sayangNya. Mereka suka membahagikan nikmat Allah kepada sesama mereka dan suka memikirkan negeri-negeri yang lain. Jasad mereka di bumi, tapi pandangan mereka ke atas. Kaki mereka di tanah, tetapi hati mereka di langit. Jiwa mereka di bumi, tetapi hati mereka di Arsy. Roh mereka di dunia, tetapi akal mereka di akhirat. Mereka hanya memikirkan kesenangan akhirat. Dunia dinilai sebagai kubur bagi mereka. Kubur mereka di dunia, tetapi kedudukan mereka di sisi Allah sangat tinggi. Kemudian beliau menyebutkan firman Allah yang artinya:“Kedudukan yang setinggi itu adalah untuk orang-orang yang takut kepada hadiratKu dan yang takut kepada ancamanKu.”21
21 Hadis riwayat Abu Nu’aim dalam Hilya jilid I, hal 16
Jika mereka berkeinginan, maka Allah memenuhinya.
Dari Anas ibnu Malik ra berkata: “Rasul saw bersabda:“Berapa banyak manusia lemah dan dekil yang selalu dihina orang, tetapi jika ia berkeinginan, maka Allah memenuhinya, dan Al Barra’ ibnu Malik, salah seorang di antara mereka.”
Diriwayatkan dari Ibnu Abbas ra bahwa“Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda: “Ada tiga sifat yang jika dimiliki oleh seorang, maka ia akan menjadi wali Allah, iaitu: pandai mengendalikan perasaannya di saat marah, wara’ dan berbudi luhur kepada orang lain.” (Hadis riwayat Ibnu Abi Dunya di dalam kitab Al Auliya’)“
Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda: “Wahai Abu Hurairah, berjalanlah engkau seperti segolongan orang yang tidak takut ketika manusia ketakutan di hari kiamat. Mereka tidak takut siksa api neraka ketika manusia takut. Mereka menempuh perjalanan yang berat sampai mereka menempati tingkatan para nabi. Mereka suka berlapar, berpakaian sederhana dan haus, meskipun mereka mampu. Mereka lakukan semua itu demi untuk mendapatkan redha Allah. Mereka tinggalkan rezeki yang halal karena akan amanahnya. Mereka bersahabat dengan dunia hanya dengan badan mereka, tetapi mereka tidak tertipu oleh dunia. Ibadah mereka menjadikan para malaikat dan para nabi sangat kagum. Sungguh amat beruntung mereka, alangkah senangnya jika aku dapat bertemu dengan mereka.” Kemudian Rasulullah shallallahu alaihi wasallam menangis karena rindu kepada mereka. Dan beliau bersabda: “Jika Allah hendak menyiksa penduduk bumi, kemudian Dia melihat mereka, maka Allah akan menjauhkan siksaNya. Wahai Abu Hurairah, hendaknya engkau menempuh jalan mereka, sebab siapapun yang menyimpang dari penjalanan mereka, maka ia akan mendapati siksa yang berat”. (Hadis riwayat Abu Hu’aim dalam kitab Al Hilya)
Dalam hadits Qudsi, “Allah berfirman yang artinya: “Para Wali-Ku itu ada dibawah naungan-Ku, tiada yang mengenal mereka dan mendekat kepada seorang wali, kecuali jika Allah memberikan Taufiq HidayahNya”
Abu Yazid al Busthami mengatakan: “Para wali Allah merupakan pengantin-pengantin di bumi-Nya dan takkan dapat melihat para pengantin itu melainkan ahlinya“.
Sahl Ibn ‘Abd Allah at-Tustari ketika ditanya oleh muridnya tentang bagaimana (cara) mengenal Waliyullah, ia menjawab: “Allah tidak akan memperkenalkan mereka kecuali kepada orang-orang yang serupa dengan mereka, atau kepada orang yang bakal mendapat manfaat dari mereka – untuk mengenal dan mendekat kepada-Nya.”
Abu Yazid al Busthami mengatakan: “Para wali Allah merupakan pengantin-pengantin di bumi-Nya dan takkan dapat melihat para pengantin itu melainkan ahlinya“.
Sahl Ibn ‘Abd Allah at-Tustari ketika ditanya oleh muridnya tentang bagaimana (cara) mengenal Waliyullah, ia menjawab: “Allah tidak akan memperkenalkan mereka kecuali kepada orang-orang yang serupa dengan mereka, atau kepada orang yang bakal mendapat manfaat dari mereka – untuk mengenal dan mendekat kepada-Nya.”
Para Wali Allah ini,mengingatkan akan lagunya Dewa 19 yaitu SATU :
aku ini adalah diri-MU
cinta ini adalah cinta-MU
aku ini adalah diri-MU
jiwa ini adalah jiwa-MU
rindu ini adalah rindu-MU
darah ini adalah darah-MU
tak ada yang lain selain diri-MU yang selalu kupuja
kusebut nama-MU di setiap hembusan nafasku
kusebut nama-MU..... kusebut Nama-MU.....
dengan tangan-MU aku menyentuh
dengan kaki-MU aku berjalan
dengan mata-MU aku memandang
dengan telinga-MU aku mendengar
dengan lidah-MU aku bicara
dengan hati-MU aku merasa
tak ada yang lain selain diri-MU yang selalu kupuja
kusebut Nama-MU di setiap hembusan nafasku
kusebut Nama-MU..... Kusebut Nama-MU.....
tak ada yang lain selain diri-MU yang selalu kupuja
kusebut Nama-MU di setiap hembusan nafasku
kusebut Nama-MU..... kusebut Nama-MU.....
tak ada yang lain selain diri-MU yang selalu kupuja
kusebut Nama-MU di setiap hembusan nafasku
kusebut Nama-MU..... kusebut Nama-MU.....
cinta ini adalah cinta-MU
aku ini adalah diri-MU
jiwa ini adalah jiwa-MU
rindu ini adalah rindu-MU
darah ini adalah darah-MU
tak ada yang lain selain diri-MU yang selalu kupuja
kusebut nama-MU di setiap hembusan nafasku
kusebut nama-MU..... kusebut Nama-MU.....
dengan tangan-MU aku menyentuh
dengan kaki-MU aku berjalan
dengan mata-MU aku memandang
dengan telinga-MU aku mendengar
dengan lidah-MU aku bicara
dengan hati-MU aku merasa
tak ada yang lain selain diri-MU yang selalu kupuja
kusebut Nama-MU di setiap hembusan nafasku
kusebut Nama-MU..... Kusebut Nama-MU.....
tak ada yang lain selain diri-MU yang selalu kupuja
kusebut Nama-MU di setiap hembusan nafasku
kusebut Nama-MU..... kusebut Nama-MU.....
tak ada yang lain selain diri-MU yang selalu kupuja
kusebut Nama-MU di setiap hembusan nafasku
kusebut Nama-MU..... kusebut Nama-MU.....
Sumber :
http://almanhaj.or.id/content/3604/slash/0/hadits-yang-paling-mulia-tentang-sifat-sifat-wali-wali-allah/
http://sufimuda.net/2014/07/07/hanya-wali-yang-kenal-dengan-wali/
http://www.doahajat.com/
https://pondokhabib.wordpress.com/2011/11/01/mengenal-wali-wali-allah-dan-karomah-mereka/
https://www.youtube.com/watch?v=apOmta88Llg&feature=youtu.be
www.saifurroyya.blogspot.com
www.saifurashaqi.blogspot.com
Semoga bermanfaat.
0 komentar:
Posting Komentar