Keraton Yogyakarta

Yogyakarta Berhati Nyaman.

Tugu Yogyakarta

Yogyakarta Berhati Nyaman.

Malioboro Yogyakarta

Yogyakarta Berhati Nyaman.

Candi Borobudur

Yogyakarta Berhati Nyaman.

Taman Sari Yogyakarta

Yogyakarta Berhati Nyaman.

Tampilkan postingan dengan label Majelis Rasulullah. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Majelis Rasulullah. Tampilkan semua postingan

Maulid Nabi Muhammad Shollallahu alaihi wassalam





Maulid Nabi Muhammad Shollallahu alaihi wassalam

Ketika kita membaca kalimat diatas maka didalam hati kita sudah tersirat bahwa kalimat ini akan langsung membuat alergi bagi sebagian kelompok muslimin, saya akan meringkas penjelasannya secara ‘Aqlan wa syar’an, (logika dan syariah).
Sifat manusia cenderung merayakan sesuatu yang membuat mereka gembira, apakah keberhasilan, kemenangan, kekayaan atau lainnya, mereka merayakannya dengan pesta, mabuk mabukan, berjoget bersama, wayang, lenong atau bentuk pelampiasan kegembiraan lainnya, demikian adat istiadat diseluruh dunia.

Sampai disini saya jelaskan dulu bagaimana kegembiraan atas kelahiran Rasul SAW.

Allah merayakan hari kelahiran para Nabi Nya ;
Firman Allah : “(Isa berkata dari dalam perut Ibunya) Salam sejahtera atasku, di hari kelahiranku, dan hari aku wafat, dan hari aku dibangkitkan” (QS Maryam 33)
Firman Allah : “Salam Sejahtera dari kami (untuk Yahya as) dihari kelahirannya, dan hari wafatnya dan hari ia dibangkitkan” (QS Maryam 15) - Rasul saw lahir dengan keadaan sudah dikhitan
(Almustadrak ala shahihain hadits no.4177)

Berkata Utsman bin Abil Ash Asstaqafiy dari ibunya yang menjadi pembantunya Aminah RA Bunda Nabi SAW, ketika Bunda Nabi SAW mulai saat saat melahirkan, ia (Ibu utsman) melihat bintang bintang mendekat hingga ia takut berjatuhan diatas kepalanya, lalu ia melihat cahaya terang benderang keluar dari Bunda Nabi saw hingga membuat terang benderangnya kamar dan rumah
(Fathul Bari Almasyhur juz 6 hal 583)

Ketika Rasul SAW lahir kemuka bumi beliau langsung bersujud (Sirah Ibn Hisyam)
Riwayat shahih oleh Ibn Hibban dan Hakim bahwa Ibunda Nabi saw saat melahirkan Nabi saw melihat cahaya yang terang benderang hingga pandangannya menembus dan melihat Istana Istana Romawi
(Fathul Bari Almasyhur juz 6 hal 583)

Malam kelahiran Rasul SAW itu runtuh singgasana Kaisar Kisra, dan runtuh pula 14 buah jendela besar di Istana Kisra, dan Padamnya Api di Kekaisaran Persia yang 1000 tahun tak pernah padam.
(Fathul Bari Almasyhur juz 6 hal 583)

Kenapa kejadian kejadian ini dimunculkan oleh Allah SWT?
Kejadian kejadian besar ini muncul menandakan kelahiran Nabi SAW.

Rasulullah SAW memuliakan hari kelahiran Beliau SAW

Ketika beliau Rasulullah SAW ditanya mengenai puasa di hari senin, beliau Rasulullah SAW menjawab :
“Itu adalah hari kelahiranku, dan hari aku dibangkitkan”
(Shahih Muslim hadits no.1162). Dan dari
hadits ini sebagian saudara2 kita mengatakan boleh merayakan maulid Nabi SAW asal dengan puasa.
Rasul SAW jelas memberi pemahaman bahwa hari senin itu berbeda dihadapan beliau SAW dari pada hari lainnya, dan hari senin itu adalah hari kelahiran beliau SAW.

Karena Beliau SAW tak menjawab, misalnya : “oh puasa hari senin itu mulia dan boleh boleh saja..”,
namun Beliau bersabda : “itu adalah hari kelahiranku”, menunjukkan bagi Beliau SAW hari kelahiran
Beliau SAW ada nilai tambah dari hari hari lainnya.
Contoh mudah misalnya zeyd bertanya pada amir : “bagaimana kalau kita berangkat umroh pada 1 Januari?”,
maka amir menjawab : “oh itu hari kelahiran saya”.
Nah, bukankah jelas bahwa Zeyd memahami bahwa 1 januari adalah hari yang berbeda dari hari hari lainnya bagi amir?
dan Amir menyatakan dengan jelas, jahwa 1 januari itu adalah hari kelahirannya, dan berarti Amir ini termasuk orang yang perhatian pada hari kelahirannya, kalau amir tak acuh dengan hari kelahirannya maka pastilah ia tak perlu menyebut nyebut bahwa 1 januari adalah hari kelahirannya, dan Nabi SAW tak memerintahkan puasa hari senin untuk merayakan kelahirannya.
Pertanyaan sahabat ini berbeda maksud dengan jawaban Beliau SAW yang lebih luas dari sekedar pertanyaannya, sebagaimana contoh diatas, Amir tak mmerintahkan umroh pada 1 januari karena itu adalah hari kelahirannya, maka mereka yang berpendapat bahwa boleh merayakan maulid hanya dengan puasa saja, maka tentunya dari dangkalnya pemahaman terhadap ilmu bahasa.
Orang itu bertanya tentang puasa senin, maksudnya boleh atau tidak?, Rasul SAW menjawab : hari itu hari kelahiranku, menunjukkan hari kelahiran Beliau SAW ada nilai tambah pada pribadi Beliau SAW, sekaligus di perbolehkannya puasa dihari itu. Maka jelaslah sudah, bahwa Nabi SAW termasuk yang perhatian pada hari kelahiran beliau SAW, karena memang merupakan bermulanya sejarah bangkitnya islam.

SAHABAT MEMULIAKAN HARI KELAHIRAN NABI MUHAMMAD SAW

Berkata Abbas bin Abdulmuttalib RA : “Izinkan aku memujimu wahai Rasulullah..”
maka Rasul SAW menjawab: “silahkan..,maka Allah akan membuat bibirmu terjaga”,
maka Abbas RA memuji dengan syair yang panjang, diantaranya : “… dan engkau (wahai Nabi SAW) saat hari kelahiranmu maka terbitlah cahaya dibumi hingga terang benderang dan langit bercahaya dengan cahayamu, dan kami kini dalam naungan cahaya itu dan dalam tuntunan kemuliaan (Al
Qur’an) kami terus mendalaminya” (Mustadrak ‘ala shahihain hadits no.5417)

KASIH SAYANG ALLAH ATAS KAFIR YANG GEMBIRA ATAS KELAHIRAN NABI MUHAMMAD SAW
Diriwayatkan bahwa Abbas bin Abdulmuttalib melihat Abu Lahab dalam mimpinya, dan Abbas bertanya padanya : “Bagaimana keadaanmu?”,
Abu lahab menjawab : “Di neraka, cuma diringankan siksaku setiap senin karena aku membebaskan budakku Tsuwaibah karena gembiraku atas kelahiran Rasul SAW"
(Shahih Bukhari hadits no.4813, Sunan Imam Baihaqi Alkubra hadits
no.13701, syi’bul iman no.281, fathul  baari Almasyhur juz 11 hal 431).

Walaupun kafir terjahat ini dibantai di alam barzakh, namun tentunya Allah berhak menambah siksanya atau menguranginya menurut kehendak Allah SWT, maka Allah menguranginya setiap hari senin karena telah gembira dengan kelahiran Rasul SAW dengan membebaskan budaknya.
Walaupun mimpi tak dapat dijadikan hujjah untuk memecahkan hukum syariah, namun mimpi dapat dijadikan hujjah sebagai manakib, sejarah dan lainnya, misalnya mimpi orang kafir atas kebangkitan
Nabi SAW, maka tentunya hal itu dijadikan hujjah atas kebangkitan Nabi SAW.

Maka Imam imam diatas yang meriwayatkan hal itu tentunya menjadi hujjah bagi kita bahwa hal itu benar adanya, karena diakui oleh imam imam dan mereka tak mengingkarinya.

RASULULLAH SAW MEMPERBOLEHKAN SYAIR PUJIAN DI MASJID
Hassan bin Tsabit RA membaca syair di Masjid Nabawiy yang lalu ditegur oleh Umar RA, lalu Hassan berkata : “aku sudah baca syair nasyidah disini dihadapan orang yang lebih mulia dari engkau wahai
Umar (yaitu Nabi SAW), lalu Hassan berpaling pada Abu Hurairah RA dan berkata : “Bukankah kau dengar Rasul SAW menjawab syairku dengan doa : Wahai Allah, bantulah ia dengan RuhulQudus?, maka Abu Hurairah RA berkata : “Betul”
(Shahih Bukhari hadits no.3040, Shahih Muslim hadits no.2485).
Ini menunjukkan bahwa pembacaan Syair di masjid tidak semuanya haram, sebagaimana beberapa hadits shahih yang menjelaskan larangan syair di masjid.Namun jelaslah bahwa yang dilarang adalah syair syair yang membawa pada Ghaflah,pada keduniawian, namun syair syair yang memuji Allah dan Rasul Nya maka hal itu diperbolehkan oleh Rasul SAW bahkan dipuji dan didoakan oleh beliau SAW. sebagaimana riwayat diatas, dan masih banyak riwayat lain sebagaimana dijelaskan bahwa Rasul SAW mendirikan mimbar khusus untuk Hassan bin tsabit di masjid agar ia berdiri untuk melantunkan syair syairnya .
(Mustadrak ala shahihain hadits no.6058, sunan Attirmidzi hadits no.2846) oleh Aisyah ra bahwa ketika ada beberapa sahabat yang mengecam Hassan bin Tsabit RA maka Aisyah RA berkata : “Jangan kalian caci Hassan, sungguh ia itu selalu membanggakan Rasulullah SAW”
(Musnad Abu Ya’la Juz 8 hal 337).

PENDAPAT PARA IMAM DAN MUHADDITS ATAS PERAYAAN MAULID
1. Berkata Imam Al Hafidh Ibn Hajar Al Asqalaniy Rahimahullah : "Telah jelas dan kuat riwayat yang sampai padaku dari shahihain, bahwa Nabi SAW datang ke Madinah dan bertemu dengan Yahudi yang berpuasa hari asyura (10 Muharram)", maka Rasul SAW bertanya, maka mereka berkata : “hari ini hari di tenggelamkannya Fir’aun dan Allah menyelamatkan Musa, maka kami berpuasa sebagai tanda syukur pada Allah SWT, maka bersabda Rasul SAW : “kita lebih berhak atas Musa AS dari kalian”, maka diambillah darinya perbuatan bersyukur atas anugerah yang diberikan pada suatu hari tertentu
setiap tahunnya, dan syukur kepada Allah bisa di dapatkan dengan berbagai cara, seperti sujud syukur, puasa, shadaqah, membaca Alqur’an, maka nikmat apalagi yang melebihi kebangkitan Nabi ini?, telah berfirman Allah SWT “SUNGGUH ALLAH TELAH MEMBERIKAN ANUGERAH PADA ORANG-ORANG MUKMININ KETIKA DI BANGKITKANNYA RASUL DARI MEREKA” (QS Al Imran 164).

2. Pendapat Imam Al Hafidh Jalaluddin Assuyuthi rahimahullah : "Telah jelas padaku bahwa telah muncul riwayat Baihaqi bahwa Rasul SAW ber akikah untuk dirinya setelah beliau SAW menjadi Nabi"
(Ahaditsulmukhtarah hadis no.1832 dengan sanad shahih dan Sunan Imam Baihaqi Alkubra Juz 9 hal.300).

Dan telah di riwayatkan bahwa telah ber Akikah untuknya kakeknya Abdulmuttalib saat usia Beliau SAW 7 tahun, dan akikah tak mungkin diperbuat dua kali, maka jelaslah bahwa aqiqah Beliau SAW yang kedua atas dirinya adalah sebagai tanda syukur Beliau SAW kepada Allah SWT yang telah membangkitkan Beliau SAW sebagai Rahmatan lil’aalamiin dan membawa Syariah untuk ummatnya.
Maka sebaiknya bagi kita juga untuk menunjukkan tasyakkuran dengan Maulid beliau SAW dengan mengumpulkan teman teman dan saudara saudara, menjamu dengan makanan makanan dan yang serupa itu untuk mendekatkan diri kepada Allah dan kebahagiaan.
Bahkan Imam Assuyuthiy mengarang sebuah buku khusus mengenai perayaan maulid dengan nama : “Husnulmaqshad fii ‘amalilmaulid”.

"Dari Abu Sa'id Al Khudri bahwa Rosulullah sholla Allahu 'alaihi wa sallam bersabda : Perbanyaklah dzikir kepada Allah sehingga mereka (orang-orang munafiq ) mengatakan : (Engkau) orang gila".
(HR. Ahmad , Abu Ya'la , Ibnu Hibban dan Al-Hakim dan beliau menshohihkannya) Banyak Ulama yang menshohihkan, hanya sedikit yang mendloifkan... Selamat menjadi ummat yang bergembira dengan maulid Nabi .

3. Pendapat Imam Al hafidh Abu Syaamah rahimahullah (Guru imam Nawawi) :
Merupakan Bid’ah hasanah yang mulia dizaman kita ini adalah perbuatan yang diperbuat setiap tahunnya di hari kelahiran Rasul SAW dengan banyak bersedekah, dan kegembiraan, menjamu para fuqara, seraya menjadikan hal itu memuliakan Rasul SAW dan membangkitkan rasa cinta pada beliau SAW dan bersyukur kepada Allah dengan kelahiran Nabi SAW.

4. Pendapat Imamul Qurra’ Alhafidh Syamsuddin Aljazriy rahimahullah dalam
kitabnya ‘Urif bitta’rif Maulidissyariif : "Telah diriwayatkan Abu Lahab diperlihatkan dalam mimpi dan ditanya apa keadaanmu?, ia menjawab : “Di neraka, tapi aku mendapat keringanan setiap malam senin, itu semua sebab aku membebaskan budakku Tsuwaibah demi kegembiraanku atas kelahiran Nabi (saw) dan karena Tsuwaibah menyusuinya (SAW)” (shahih Bukhari).
Maka apabila Abu Lahab Kafir yang Alqur’an turun mengatakannya di neraka mendapat keringanan sebab ia gembira dengan kelahiran Nabi SAW, maka bagaimana dengan muslim ummat Muhammad SAW yang gembira atas kelahiran Nabi SAW?, maka demi usiaku, sungguh balasan dari Tuhan Yang Maha Pemurah sungguh sungguh ia akan dimasukkan ke surga kenikmatan Nya dengan sebab anugerah-Nya.

5. Pendapat Imam Al Hafidh Syamsuddin bin Nashiruddin Addimasyqiy dalam kitabnya Mauridusshaadiy fii maulidil Haadiy : "Serupa dengan ucapan Imamul Qurra’ Alhafidh Syamsuddin Aljuzri, yaitu menukil hadits Abu Lahab.

6. Pendapat Imam Al Hafidh Assakhawiy dalam kitab Sirah Al Halabiyah Berkata ”tidak dilaksanakan maulid oleh salaf hingga abad ke tiga, tapi dilaksanakan setelahnya, dan tetap melaksanakannya umat
Islam di seluruh pelosok dunia dan bersedekah pada malamnya dengan berbagai macam sedekah dan memperhatikan pembacaan maulid, dan berlimpah terhadap mereka keberkahan yang sangat besar”.

7. Imam Al hafidh Ibn Abidin rahimahullah Dalam syarahnya maulid ibn hajar berkata : ”Ketahuilah salah satu bid’ah hasanah adalah pelaksanaan maulid di bulan kelahiran Nabi SAW".

8. Imam Al Hafidh Ibnul Jauzi rahimahullah
Dengan karangan maulidnya yang terkenal ”Al Aruus” juga beliau berkata tentang pembacaan maulid,
”Sesungguhnya membawa keselamatan tahun itu, dan berita gembira dengan tercapai semua maksud dan keinginan bagi siapa yang membacanya serta merayakannya”.

9. Imam Al Hafidh Al Qasthalaniy rahimahullah Dalam kitabnya Al Mawahibulladunniyyah juz 1 hal 148
cetakan al maktab al Islami berkata: ”Maka Allah akan menurukan rahmat Nya kepada orang yang menjadikan hari kelahiran Nabi SAW sebagai hari besar”.

10. Imam Al hafidh Al Muhaddis Abulkhattab Umar bin Ali bin Muhammad yang terkenal dengan Ibn Dihyah alkalbi dengan karangan maulidnya yang bernama ”Attanwir fi maulid basyir an nadzir”.

11. Imam Al Hafidh Al Muhaddits Syamsuddin Muhammad bin Abdullah Aljuzri dengan maulidnya ”Urfu At Ya’rif bi Maulid Assyarif”.

12. Imam al Hafidh Ibn Katsir Yang karangan kitab maulidnya dikenal dengan nama : ”maulid ibn katsir”.

13. Imam Al Hafidh Al ’Iraqy Dengan maulidnya ”Maurid Al Hana Fii Maulid Assana”.

14. Imam Al Hafidh Nasruddin Addimasyqiy
Telah mengarang beberapa maulid : Jaami’ Al Astar Fii Maulid Nabi Al mukhtar 3 jilid, Al lafad Arra’iq Fii Maulid Khair Al Khalaiq, Maurud Asshadi Fii Maulid Al Hadi.

15. Imam assyakhawiy Dengan maulidnya Al Fajr Al Ulwi Fii Maulid SlAn Nabawi.

16. Al Allamah Al Faqih Ali Zainal Abidin As Syamhudi Dengan maulidnya Al Mawarid Al Haniah Fui Maulid Khairil Bariyyah.

17. Al Imam Hafidz Wajihuddin Abdurrahman bin Ali bin Muhammad As Syaibaniy yang terkenal dengan ibn diba’ Dengan maulidnya Addiba’i.

18. Imam Ibn Hajar Al Haitsami Dengan maulidnya Itmam Anni’mah Alal Alam Bi Maulid Syayidi Waladu Adam.

19. Imam Ibrahim Baajuri Mengarang hasiah atas maulid Ibn Hajar dengan nama Tuhfa Al Basyar Ala Maulid Ibn Hajar.

20. Al Allamah Ali Al Qari’ Dengan maulidnya Maurud Arrowi Fi Maulid Nabawi.

21. Al Allamah al Muhaddits Ja’far bin Hasan Al barzanji Dengan maulidnya yang terkenal Maulid Barzanji.

22. Al Imam Al Muhaddis Muhammad bin Jakfar al Kattani Dengan maulid Al Yaman Wal is’ad Bi Maulid Khair Al Ibad.

23. Al Allamah Syeikh Yusuf bin ismail An Nabhaniy Dengan Maulid Jawahir An Nadmu Al Badi’ Fii Maulid As Syafi'.

24. Imam Ibrahim Assyaibaniy dengan maulid Al Maulid Mustofa Adnaani.

25. Imam Abdulghaniy Annanablisiy dengan maulid Al Alam Al Ahmadi Fii maulid Muhammadi”.

26. Syihabuddin Al Halwani dengan maulid Fath Al Latif Fii Syarah Maulid Assyarif.

27. Imam Ahmad bin Muhammad Addimyati
Dengan maulid Al Kaukab al Azhar Alal ‘Iqdu Al Jauhar Fii Maulid Nadi Al Azhar.

28. Asyeikh Ali Attanthowiy
Dengan maulid Nur As Shofa’ Fii Maulid Al Mustofa.

29. As syeikh Muhammad Al maghribi Dengan maulid At Tajaliat al Khifiah Fii Maulid khoir al Bariah.

Tiada satupun para Muhadditsin dan para Imam yang menentang dan melarang hal ini, mengenai beberapa pernyataan pada Imam dan Muhadditsin yang menentang maulid sebagaimana di sampaikan oleh kalangan anti maulid, maka mereka ternyata hanya menggunting dan memotong ucapan para Imam itu, dengan kelicikan yang jelas jelas meniru kelicikan para misionaris dalam menghancurkan Islam.

Berdiri saat Mahalul Qiyam dalam pembacaan Maulid

Mengenai berdiri saat maulid ini, merupakan Qiyas dari menyambut kedatangan Islam dan Syariah Rasul SAW dan menunjukkan semangat atas kedatangan sang pembawa risalah pada kehidupan kita, hal ini lumrah saja, sebagaimana penghormatan yg dianjurkan oleh Rasul SAW ialah berdiri, sebagaimana di riwayatkan ketika sa’ad bin Mu’adz RA datang maka Rasul SAW berkata kepada kaum anshar : “Berdirilah untuk tuan kalian”
(shahih Bukhari hadits no.2878, Shahih
Muslim hadits no.1768), demikian pula berdirinya Thalhah ra untuk Ka’b bin Malik ra.
Memang mengenai berdiri penghormatan ini ada ikhtilaf ulama, sebagaimana yang di jelaskan bahwa berkata Imam Alkhattabiy bahwa berdirinya bawahan untuk majikannya, juga berdirinya murid untuk kedatangan gurunya, dan berdiri untuk kedatangan Imam yang adil dan yang semacamnya merupakan hal yang baik dan berkata Imam Bukhari bahwa yg dilarang adalah berdiri untuk pemimpin yang duduk dan Imam Nawawi yang berpendapat bila berdiri untuk penghargaan
maka tak apa, sebagaimana Nabi SAW berdiri untuk kedatangan putrinya Fathimah ra saat ia datang, namun adapula pendapat lain yg melarang berdiri untuk penghormatan.
(Rujuk Fathul Baari Almasyhur Juz 11 dan Syarh Imam Nawawi ala shahih muslim juz 12 hal 93).

Namun dari semua pendapat itu, tentulah berdiri saat mahalul qiyam dalam membaca maulid itu tak ada hubungan apa apa dengan semua perselisihan itu, karena Rasul SAW tidak dhohir dalam pembacaan maulid itu, lepas dari anggapan ruh Rasul SAW hadir saat pembacaan maulid, itu bukan pembahasan kita, masalah seperti itu adalah masalah ghaib yg tak bisa disyarahkan dengan hukum dhohir, semua ucapan diatas adalah perbedaan pendapat mengenai berdiri penghormatan yang Rasul SAW pernah melarang agar sahabat tak berdiri untuk memuliakan Beliau SAW.

Jauh berbeda bila kita yg berdiri penghormatan mengingat jasa beliau SAW, tak terikat dengan Beliau hadir/ tidak, bahwa berdiri kita adalah bentuk semangat kita menyambut risalah Nabi SAW dan penghormatan kita kepada kedatangan Islam dan kerinduan kita pada nabi SAW sebagaimana kita bersalam pada Nabi setiap kita shalat pun kita tak melihat Beliau SAW.

Diriwayatkan bahwa Imam Al hafidh Taqiyuddin Assubkiy rahimahullah, seorang Imam Besar dan terkemuka dizamannya bahwa ia berkumpul bersama para Muhaddits dan Imam Imam besar di zamannya dalam perkumpulan yang padanya dibacakan puji pujian untuk nabi SAW, lalu diantara syair syair itu merekapun seraya berdiri termasuk Imam Assubkiy dan seluruh Imam imam yang hadir bersamanya, dan didapatkan kesejukan yang luhur dan cukuplah perbuatan mereka itu sebagai panutan.

Dan berkata Imam Ibn Hajar Alhaitsamiy rahimahullah bahwa Bid’ah hasanah sudah menjadi kesepakatan para imam bahwa itu merupakan hal yang sunnah, (berlandaskan hadist shahih muslim no.1017 yang tercantum pada Bab Bid’ah) yaitu bila dilakukan mendapat pahala dan bila ditinggalkan tidak mendapat dosa, dan mengadakan maulid itu adalah salah satu Bid’ah hasanah.

Dan berkata pula Imam Assakhawiy rahimahullah, bahwa mulai abad ketiga hijriyah mulailah hal ini dirayakan dengan banyak sedekah danyaan agung ini diseluruh dunia dan membawa keberkahan bagi mereka yang mengadakannya.
(Sirah Al Halabiyah Juz 1 hal 137).

Pada hakekatnya, perayaan maulid ini bertujuan mengumpulkan muslimin untuk Medan Tablig dan bersilaturahmi sekaligus mendengarkan ceramah islami yang diselingi bershalawat dan salam pada
Rasul SAW, dan puji pujian pada Allah dan Rasul SAW yang sudah diperbolehkan oleh Rasul SAW dan untuk mengembalikan kecintaan mereka pada Rasul SAW, maka semua maksud ini tujuannya adalah kebangkitan risalah pada ummat yang dalam ghaflah, maka Imam dan Fuqaha manapun tak akan ada yang mengingkarinya karena jelas jelas merupakan salah satu cara membangkitkan keimanan muslimin.
Hal semacam ini tak pantas dimungkiri oleh setiap muslimin aqlan wa syar’an (secara logika dan hukum syariah), karena hal ini merupakan hal yang mustahab (yang dicintai), sebagaimana kaidah syariah bahwa “Maa Yatimmul waajib illa bihi fahuwa wajib”, semua yang menjadi penyebab
kewajiban dengannya maka hukumnya wajib.

Contohnya saja bila sebagaimana kita ketahui bahwa menutup aurat dalam shalat hukumnya wajib dan membeli baju hukumnya mubah, namun suatu waktu saat kita akan melakukan shalat kebetulan kita tak punya baju penutup aurat kecuali harus membeli dulu, maka membeli baju hukumnya berubah menjadi wajib, karena perlu dipakai untuk melaksanakan shalat yang wajib.

Contoh lain misalnya sunnah menggunakan siwak, dan membuat kantong baju hukumnya mubah saja, lalu saat akan bepergian kita akan membawa siwak dan baju kita tak berkantong, maka perlulah bagi kita membuat kantong baju untuk menaruh siwak, maka membuat kantong baju di pakaian kita menjadi sunnah hukumnya, karena di perlukan untuk menaruh siwak yang hukumnya sunnah.

Maka perayaan Maulid Nabi SAW diadakan untuk Medan Tablig dan Dakwah, dan dakwah merupakan hal yang wajib pada suatu kaum bila dalam kemungkaran dan ummat sudah tak perduli dengan Nabinya SAW, tak pula perduli apalagi mencintai sang Nabi SAW dan rindu pada sunnah beliau SAW dan untuk mencapai tabligh ini adalah dengan perayaan Maulid Nabi SAW, maka perayaan maulid ini menjadi wajib, karena menjadi perantara Tablig dan Dakwah serta pengenalan sejarah sang Nabi SAW serta silaturahmi.

Sebagaimana penulisan Alqur’an yang merupakan hal yang tak perlu di zaman Nabi SAW, namun menjadi sunnah hukumnya di masa para sahabat karena sahabat mulai banyak yang membutuhkan penjelasan Alqur’an, dan menjadi wajib hukumnya setelah banyaknya para sahabat yang wafat, karena ditakutkan sirnanya Alqur’an dari ummat, walaupun Allah telah
menjelaskan bahwa Alqur’an telah dijaga oleh Allah.

Hal semacam in telah difahami dan dijelaskan oleh para khulafa’urrasyidin, sahabat radhiyallahu’anhum, Imam dan Muhadditsin, para ulama, fuqaha dan bahkan orang muslimin yang awam, walau pun masih ada sebagian kaum muslimin yang tidak sepaham.
 "Allaahumma sholli ‘alaa Muhammad wa ‘alaa aali Muhammad kamaa shollaita ‘alaa ibroohiim wa ‘alaa aali ibroohiim innaka hamiidum majiid, Allaahumma baarik ‘alaa Muhammad wa ‘alaa aali Muhammad kamaa baarokta ‘alaa ibroohiim wa ‘alaa aali ibroohiim innaka hamiidum majiid".

"Ya Allah berilah shalawat kepada Muhammad dan kepada keluarga Muhammad sebagaimana Engkau telah bershalawat kepada Ibrahim dan keluarga Ibrahim, Sesungguhnya Engkau Maha Terpuji (lagi) Maha Mulia. 

Ya Allah, Berkahilah Muhammad dan keluarga Muhammad sebagaimana Engkau telah memberkahi Ibrahim dan keluarga Ibrahim, Sesungguhnya Engkau Maha Terpuji (lagi) Maha Mulia"
[SHAHIH, HR. Bukhari]

Semoga bermanfaat.
Aamiin

Habib Munzir bin Fuad Al-Musawa

Munzir bin Fuad al-Musawa atau lebih dikenal dengan Munzir Al-Musawa atau Munzir (lahir di Cipanas, Cianjur, Jawa Barat, 23 Februari 1973 – meninggal di Jakarta, 15 September 2013 pada umur 40 tahun) adalah dikenal sebagai pimpinan Majelis Rasulullah SAW yang dakwahnya menjangkau berbagai wilayah di Indonesia, beberapa wilayah nusantara dan dunia.

Dakwahnya yang menyentuh berbagai kalangan menjadikan ia banyak dicintai oleh Ummat Islam terutama di wilayah Jabodetabek dan di Nusantara. Munzir adalah murid yang begitu disayangi oleh gurunya Umar bin Hafidz , sedangkan kalangan pemuda muslim yang mengenalnya tidak jarang menjadikan ia sebagai panutan ataupun idola dalam mengikuti ajaran Nabi Muhammad SAW. Dakwahnya di Indonesia juga tercatat sering di hadiri tokoh-tokoh nasional seperti Presiden Republik Indonesia, Susilo Bambang Yudhoyono, Suryadharma Ali , Fadel Muhammad, Fauzi Bowo dan lain-lain.

Silsilah
Munzir bin Fuad bin Abdurrahman bin Ali bin Abdurrahman bin Ali bin Aqil bin Ahmad bin Abdurrahman bin Umar bin Abdurrahman bin Sulaiman bin Yaasin bin Ahmad Al-Musawa bin Muhammad Muqallaf bin Ahmad bin Abubakar As Sakran bin Abdurrahman Assegaf bin Muhammad Mauladdawilah bin Ali bin Alwi Al-Ghayur bin Muhammad al-Faqih Muqaddam bin Ali bin Muhammad Shahib Mirbath bin Ali Khali' Qasim bin Alwi bin Muhammad bin Alwi bin Ubaidillah bin Ahmad al-Muhajir bin Isa Ar-Rumiy bin Muhammad Annaqib bin Ali Al-Uraidhiy bin Ja'far ash-Shadiq bin Muhammad al-Baqir bin Ali Zainal Abidin bin Hussein dari Fatimah az-Zahra Putri Rasulullah SAW.

Masa kecil
Habib Munzir adalah anak keempat dari lima bersaudara dari pasangan Fuad bin Abdurrahman al-Musawa dan Rahmah binti Hasyim al-Musawa. Masa kecilnya dihabiskan di daerah Cipanas, Jawa barat bersama-sama saudara-saudaranya, Ramzy Fuad al-Musawa, Nabiel Al Musawa, Lulu Fuad al-Musawa serta Aliyah Fuad al-Musawa.

Ayahnya lahir di Kota Palembang dan dibesarkan di Mekkah al-Mukarromah, setelah lulus pendidikan jurnalistik di New York University, Amerika Serikat, ayahnya kemudian bekerja sebagai seorang wartawan luar negeri selama sekitar 40 tahun, berawal dari harian Berita Yudha dan selanjutnya harian Berita buana. Pada tahun 1996 ayahnya wafat dan dimakamkan di Cipanas, Cianjur, Jawa Barat.

Habib Munzir berkata "Saya adalah seorang anak yang sangat dimanja oleh ayah saya. Ayah saya saya selalu memanjakan saya lebih dari anaknya yang lainnya."

Seusai menyelesaikan sekolah menengah atas (SMA), Habib Munzir mulai mendalami Ilmu Syariat Islam di Ma'had Assafaqah, yang ketika itu di pimpin Al-Habib Abdurrahman Assegaf, Bukit Duri, Tebet, Jakarta Selatan, lalu mengambil kursus Bahasa Arab di LPBA Assalafy Jakarta Timur, lalu memperdalam lagi Syari'ah Islamiyah di Ma'had al-Khairat, Bekasi Timur.

Keilmuan Syariahnya kemudian lebih didalami di Ma'had Dar-al Musthafa, Tarim, Hadhramaut, Yaman, selama empat tahun, disana Habib Munzir mendalami Ilmu Fiqih, Ilmu Tafsir Al-Qur'an, Ilmu Hadits, Ilmu Sejarah, Ilmu Tauhid, Ilmu Tasawuf, Mahabbaturrasul SAW, Ilmu Dakwah, dan berbagai Ilmu Syari'ah lainnya.

Putus Sekolah
Dimasa baligh, ia pernah putus sekolah, Munzir muda lebih senang hadir majelis maulid Almarhum Al Arif billah Al-habib Umar bin Hud al-Attas, dan Majelis taklim kamis sore di Empang, Bogor, yang pada masa itu membahas kajian Fathul Baari oleh Al-Habib Husein bin Abdullah bin Muhsin al-Attas. Sementara pada masa yang hampir bersamaan saudara-saudara kandungnya berhasil membanggakan orangtua mereka dalam meraih prestasi wisuda. Hal ini mengundang kekecewaan kedua orangtua Munzir muda.

Ayahnya pernah berkata " kau ini mau jadi apa?, jika mau agama maka belajarlah dan tuntutlah ilmu sampai keluar negeri, jika ingin mendalami ilmu dunia maka tuntutlah sampai keluar negeri, namun saranku tuntutlah ilmu agama, aku sudah mendalami keduanya, dan aku tak menemukan keberuntungan apa-apa dari kebanggaan orang yang sangat menyanjung negeri barat, walau aku sudah lulusan New York University, tetap aku tidak bisa sukses di dunia kecuali dg kelicikan, saling sikut dalam kerakusan jabatan, dan aku menghindari itu."

Menurut Habib Munzir, itulah yang mendorong almarhum ayahnya lebih memilih hidup dalam kesederhanaan di cipanas, cianjur, Puncak, Jawa barat. Ayahnya (Al-Habib Fuad bin Abdurrahman al-Musawa) lebih senang menyendiri dari ibukota, membesarkan anak-anaknya, mengajari anak-anaknya mengaji, ratib, dan shalat berjamaah. Habib Munzir merasa sangat mengecewakan kedua orangtuanya karena belum memiliki cita-cita yang pasti, dunia tidak akhiratpun tidak.


Munzir muda selalu merindukan pantunannya, Rasulullah SAW
Melewati masa-masa berat di awal kedewasaannya, yang didorong rasa bersalah sebab membuat ayahnya merasa malu karena pengangguran, sebagai seorang pemuda muslim, Munzir muda mengisi sisa harinya dengan bershalawat 1000 siang 1000 malam, zikir beribu kali, dan puasa nabi daud as, dan shalat malam berjam-jam.

Munzir muda sangat mencintai Rasulullah SAW, sering menangis merindukan Rasulullah SAW, dan sering dikunjungi Rasulullah SAW dalam mimpinya.

"Rasulullah SAW selalu menghibur saya jika saya sedih, suatu waktu saya mimpi bersimpuh dan memeluk lutut Rasulullah SAW, dan berkata wahai Rasulullah SAW aku rindu padamu, jangan tinggalkan aku lagi, butakan mataku ini asal bisa jumpa dg mu.., ataukan matikan aku sekarang, aku tersiksa di dunia ini,,, Rasulullah SAW menepuk bahu saya dan berkata : munzir, tenanglah, sebelum usiamu mencapai 40 tahun kau sudah jumpa dg ku.., maka saya terbangun.."
—  Habib Munzir, 2010


Menjadi Pelayan Losmen
Ketika ayahnya memasuki masa pensiun, ibunya membangun losmen kecil-kecilan berkapasitas 5 kamar di depan rumah mereka untuk disewakan dalam memenuhi kebutuhan keluarganya, disini Munzir muda yang menjadi pelayan untuk losmen yang disewakan secara khusus bagi orang yang mereka anggap baik-baik yang membutuhkannya.

Sebagai penjaga losmen pada lazimnya, setiap malam Munzir muda jarang tidur, sedangkan masa berat yang sedang dilaluinya membuat Munzir muda sering duduk termenung dikursi penerimaan tamu yang dengan meja kecil dan kursi kecil mirip pos satpam. Ia melewati malam demi malam menjaga dan melayani losemen milik keluarga, sambil menanti tamu, sambil tafakkur, merenung, melamun, berdzikir, menangis dan shalat malam.

Penyakit asma & Kursus Bahasa Arab
Dituturkan Habib Munzir bahwa siang hari ketika ia sedang puasa Nabi Daud as, ia dilanda sakit asma yang parah, dan hal itu semakin membuat kedua orangtuanya kecewa, berkata ibunda "kalau kata orang, jika banyak anak, mesti ada satu yg gagal, ibu tak mau percaya pada ucapan itu, tapi apakah ucapan itu kebenaran?."

Munzir muda terus menjadi pelayan di losmen keluarganya, menerima tamu, memasang seprei, menyapu kamar, membersihkan toilet, membawakan makanan dan minuman pesanan tamu, berupa teh, kopi, air putih, atau nasi goreng buatan ibunda jika dipesan tamu.

Sampai semua kakaknya lulus sarjana, kemudian ia tergugah untuk mondok di pesantren.. Disini Munzir muda memilih untuk berangkat ke pesantren asuhan Al-Habib Umar bin Abdurrahman Assegaf di Bukit Duri, Tebet, Jakarta Selatan, akan tetapi hanya berlangsung sekitar dua bulan saja karena Munzir muda merasa tidak betah dan sering sakit-sakitan yang disebabkan penyakit asmanya selalu kambuh, kemudian Munzir muda pulang.

Mendengar berita itu ayahnya semakin bertambah malu, ibunya semakin sedih, tidak lama kemudian Munzir muda memutuskan untuk kursus bahasa arab di tempat kursus bahasa arab assalafi, pimpinan Almarhum Al-Habib Bagir al-Attas, ayah dari Al-Habib Hud al-Attas yang dituturkan sering hadir di Majelis Rasulullah di Masjid Raya Al Munawar, Pancoran, Jakarta Selatan. Habib Munzir ketika itu pulang pergi jakarta- cipanas dengan waktu tempuh dalam 2-3 jam, setiap dua kali seminggu, dengan biaya perjalanan yang didapatkan dari penghasilan penyewaan losmen. Habib Munzir juga selalu menghadiri maulid di almarhum Al Arif Billah Al-Habib Umar bin Hud al-Attas yang saat itu di cipayung, walaupun harus menumpang dengan truk ataupun kehujanan.

Dimasa itu ia sering datang ke maulidnya malam jumat dalam keadaan basah kuyup, hingga suatu hari pernah diusir oleh pembantu rumah, karena karpet tebal dan mahal yang sangat bersih, menanggapi hal itu Habib Munzir terpaksa berdiri saja berteduh dibawah pohon sampai hujan berhenti dan tamu-tamu berdatangan untuk bergabung dan duduk di luar teras saja karena baju basah dan takut dihardik sang penjaga.

Ziarah maka Husein bin Abubakar al-Aydrus Luar Batang
Suatu kali Habib Munzir datang langsung dari cipanas untuk berziarah dan lupa membawa peci, dalam hatinya terbersit do'a " wahai Allah, aku datang sebagai tamu seorang wali Mu, tak beradab jika aku masuk ziarah tanpa peci, tapi uangku pas-pasan, dan aku lapar, kalau aku beli peci maka aku tak makan dan ongkos pulangku kurang..,"

Dengan itu ia memutuskan untuk beranjak sejenak membeli peci yang termurah saat itu di emperan penjual peci dan memilih yang berwarna hijau.

Kemudian masuk berziarah, sambil membaca Surah Ya Sin untuk dihadiahkan pada almarhum, menangisi kehidupan yang penuh ketidaktentuan, mengecewakan orangtua, dan selalu lari dari sanak kerabat, karena tidak jarang menerima cemooh tentang kakak-kakaknya yang semua sukses, ayah lulusan Mekkah sekaligus New York University, sementara Munzir Muda adalah centeng losmen. Dalam renungannya ketika berziarah ia menyadari telah menghindari kerabat, lebaranpun jarang berani datang, karena akan terus diteror dan dicemooh.

Dalam tangis itu berkata dalam hatinya,"wahai wali Allah, aku tamumu, aku membeli peci untuk beradab padamu, hamba yang shalih disisi Allah, pastilah kau dermawan dan memuliakan tamu, aku lapar dan tak cukup ongkos pulang..,"

Ketika sedang merenung, diceritakan datanglah rombongan teman-teman belia yang pesantren di Al-Habib Umar bin Abdurrahman Assegaf dengan satu mobil, para santi itu senang berjumpa dengannya, kemudian ia ditraktir makan, seketika teringat olehnya berkah beradab di makam wali Allah.

Saat itu dituturkan Habib munzir ada yang bertanya ia sedang dengan siapa dan mau kemana, ia menjawab dengan mengatakan sendiri dan mau pulang ke kerabat ibunya di pasar sawo, Kebun Nanas, Jakarta Selatan.

Mendengar itu mereka berkata " ayo bareng saja, kita antar sampai kebon nanas," maka Habib Munzir semakin bersyukur, karena memang ongkosnya saat itu tidak akan cukup jika pulang ke cipanas, larut malam sampai di kediaman bibi dari Ibunya, di ps sawo Kebun Nanas, Jakarta Selatan, lalu esoknya ia diberi uang cukup untuk pulang, kemudian pulang ke cipanas. Sembari berdo'a "wahai Allah, pertemukan saya dengan guru dari orang yg paling dicintai Rasul saw"

Kunjungan

Selang beberapa waktu setelah ziarah, kemudian ia masuk pesantren Al-Habib Hamid Nagib bin Syeikh Abubakar di Bekasi Timur, ia selalu menangis dan berdo'a kepada Allah swt dan rindu kepada Rasulullah SAW dan meminta untuk dipertemukan dengan guru yang paling dicintai Rasulullah SAW saat mahal qiyam maulid,

Dalam beberapa bulan kemudian datanglah Guru Mulia Al Musnid Al Allamah Al Habib Umar bin Hafidz ke pondok itu, kunjungan pertama ia yaitu pada 1994.

Habib Munzir berkata "selepas ia menyampaikan ceramah, ia melirik saya dengan tajam, saya hanya menangis memandangi wajah sejuk itu, lalu saat ia sudah naik ke mobil bersama almarhum Alhabib Umar maula khela, maka Guru Mulia memanggil Habib Nagib Bin Syeikh Abubakar, Guru mulia berkata bahwa ia ingin saya dikirim ke Tarim Hadramaut, Yaman untuk belajar dan menjadi murid ia"

"Guru saya Habib Nagib bin Syeikh Abubakar mengatakan saya sangat belum siap, belum bisa bahasa arab, murid baru dan belum tahu apa apa, mungkin ia salah pilih..?.Maka guru mulia menunjuk saya. Itu.. anak muda yang pakai peci hijau itu..!, itu yang saya inginkan. Maka Guru saya Habib Nagib memanggil saya untuk jumpa ia, lalu guru mulia bertanya dari dalam mobil yang pintunya masih terbuka : siapa namamu?, dalam bahasa arab tentunya, saya tak bisa menjawab karena tak faham, maka guru saya Habib Nagib menjawab : kau ditanya siapa namamu..!, maka saya jawab nama saya, lalu guru mulia tersenyum.."

Keesokan harinya Habib Munzir berjumpa lagi dengan Al-Habib Umar bin Hafidz di kediaman Almarhum Al-Habib Bagir al-Attas, saat itu banyak para Habaib dan Ulama mengajukan anaknya dan muridnya untuk bisa menjadi murid Al-Habib Umar bin Hafidz. Berkata Habib Munzir "maka guru mulia mengangguk angguk sambil kebingungan menghadapi serbuan mereka, lalu guru mulia melihat saya dikejauhan, lalu ia berkata pada almarhum Habib Umar Maula Khela : itu.. anak itu.. jangan lupa dicatat.., ia yang pakai peci hijau itu..!, guru mulia kembali ke Yaman, sayapun langsung ditegur guru saya Habib Nagib bin Syeikh Abubakar, seraya berkata : wahai Munzir, kau harus siap-siap dan bersungguh sungguh, kau sudah diminta berangkat, dan kau tak akan berangkat sebelum siap.."
Berangkat ke Tarim

Dua bulan setelah pertemuan dengan Al-Habib Umar bin Hafidz, datanglah Almarhum Al-Habib Umar Mulakhela ke pesantren dan menanyakan Habib Munzir, Almarhum Al-Habib Umar Maula Khela berkata pada Al-Habib Nagib:

"Mana itu Munzir, anaknya Al-Habib Fuad al-Musawa? Dia harus berangkat minggu ini, saya ditugasi untuk memberangkatkannya."

Saat itu Habib Nagib berkata: "saya belum siap"

Namun Almarhum Al-Habib Umar Maula Khela dengan tegas menjawab :"Saya tidak mau tahu, namanya sudah tercantum untuk harus berangkat, ini permintaan Al-Habib Umar bin Hafidz, ia harus berangkat dalam dua minggu ini bersama rombongan pertama"

Kemudian Habib Munzir bergegas mempersiapkan paspor dan lain-lainya. Ayahnya sempat keberatan dan berkata:"Kau sakit-sakitan, kalau kau ke Mekkah ayah tenang, karena banyak teman disana, namun ke Hadhramaut itu ayah tak ada kenalan, disana negeri tandus, bagaimana kalau kau sakit? Siapa yang menjaminmu ?"

Menanggapi hal ini Habib Munzir mengadukannya kepada Almarhum Al-Arif Billah Al-Habib Umar bin Hud al-Attas, yang saat itu sudah sangat sepuh dan kemudia berkata: "Katakan pada ayahmu, saya yang menjaminmu, berangkatlah."

Setelah mendengar nasehat Al Habib Umar bin Hud al-Attas, Habib Munzir menemui ayahnya, namun hanya diam, hatinya berat melepas keberangkatan Habib Munzir.
Munzir di Tarim

Ketika berada di Tarim, Hadhramaut, Yaman, pernah terjadi perang Yaman Utara dan Yaman Selatan, hal ini memicu kekurangan pasokan makanan, matinya listrik, semua pelajar ketika itu menempuh perjalanan untuk taklim dengan jarak sekitar 3-4 km.

Dua tahun kemudian setelah di Yaman, ketika menuntut ilmu di Dar-al Musthafa, pesantren yang di asuh oleh Al-Habib Umar bin Hafidz, dikabarkan bahwa ayahnya sakit dan menelepon dengan berkata: "Kapan kau pulang wahai anakku..?Aku rindu..?"

Habib Munzir menjawab: "Dua tahun lagi insya Allah ayah"

Ayahnya menjawab: "duh...masih lama sekali"

Tiga hari berselang ayahnya dikabarkan wafat.


Kembali Ke Jakarta & Mulai Berdakwah

Habib Munzir kembali ke Indonesia pada tahun 1998, dan mulai berdakwah sendiri di Cipanas.. Namun karena kurang berkembang, ia memindahkan dakwahnya ke Jakarta pada Majelis Malam Selasa, dengan mengunjungi rumah-rumah murid sekaligus teman, murid-muridnya lebih tua dari ia, dan berasal dari kalangan awam..

Ketika kemudian dimulai Maulid Dhiya'ullami jama'ah semakin banyak, selanjutnya majelis mulai berpindah-pindah dari musholla ke musholla, semakin terus bertambah banyak, maka mulailah majelis dari masjid ke masjid. Sehingga Habib Munzir mulai membuka majelis di malam lainnya dan menetapkannya di Masjid Al-Munawar. Majelis semakin berkembang hingga mulai membutuhkan kop surat, undangan dan sebagainya. Semenjak itu mulai muncul ide pemberian nama, para jamaahnya mengusulkan memberikan nama Majelis Habib Munzir, namun ia menolak lantas menetapkan nama Majelis Rasulullah.

Dakwahnya Habib Munzir semakin meluas hingga jutaan jamaah yang menyentuh semua kalangan dan berbagai wilayah, mulai dari Jabodetabek, Jawa Barat, Banten, Jawa Tengah, Jawa Timur, Bali, Mataram, kalimantan, Sulawesi, Papua, Singapura, Malaysia, hingga sampai ke Jepang.

Kunjungan Duta Besar Amerika Serikat
Pada 9 Januari 2013, Duta Besar Amerika Serikat Scot Marciel bertemu dengan Habib Munzir bin Fuad al-Musawa di kediaman habib.[ Dubes Marciel dan Habib Munzir, berdiskusi mengenai pentingnya toleransi beragama, spiritualitas, saling memahami, serta dialog antaragama, baik di Amerika Serikat maupun Indonesia. Habib Munzir, menjelaskan kepada Dubes bahwa misinya adalah mengajarkan kepada semua umat manusia bahwa Islam adalah agama yang cinta damai dan penuh kasih sayang.Ia juga mengatakan bahwa majelisnya diperuntukkan bagi orang-orang, terutama kaum muda, yang tinggal di kota-kota padat penduduk dan kadang-kadang penuh tekanan seperti Jakarta, yang ingin mencari kedamaian dalam diri mereka dan berpaling dari kekerasan, anarki, serta obat terlarang. Dubes mengatakan kepada Habib Munzir bahwa aktivitas yang melibatkan kamu muda juga merupakan salah satu prioritas Kedutaan Besar Amerika Serikat. Dalam pertemuan tersebut, Dubes juga menjelaskan program-program pertukaran di Amerika Serikat untuk kaum muda Indonesia.

Insiden Kamar Mandi
Menurut penuturan anak kedua dari Habib Munzir, pada hari Minggu sebelum meninggalnya ayahnya, dirumah mereka sedang ramai dikarenakan ada pengajian Majelis An-Nisa Rasulullah SAW. Beberapa saat keluarga sempat mencari-cari Habib Munzir karena tidak diketahui sedang dimana, sementara sandal dan mobilnya masih ada dirumah. Ketika pintu kamar mandi diketuk dan tidak ada sahutan, akhirnya pintu di dobrak dan ditemui Habib Munzir sudah tidak sadarkan diri.

Habib Munzir pun dilarikan ke Rumah Sakit Dr. Cipto Mangunkusumo, berselang dua jam kemudian,, dan setelah menjalani pemeriksaan medis kata dokter ia telah tiada, Menurut penuturan kerabatnya, Habib Munzir meninggal karena serangan jantung Kabar Meninggalnya Habib Munzir menyebar dengan cepat ke berbagai penjuru Indonesia, salah satu sumber beritanya adalah akun twitter kakaknya Al-Habib Nabiel Al Musawa., dan juga situs resmi Majelis Rasulullah.

Habib Munzir yang memiliki penyakit asma kronis sejak kecil dan sering keluar-masuk rumah sakit. Pada Juni tahun 2012 Habib Munzir pernah rebah tidak berdaya diruang opname Rumah Sakit Dr. Cipto Mangunkusumo, Jakarta dengan mesin deteksi jantung disampingnya.Berdasarkan berita pada situs resmi Majelis Rasulullah, bertanggal 20 Juni 2012 bahwa semalam sebelumnya, yakni pada 19 Juni 2012 Habib Munzir keluar dengan paksa dan memaksakan dirinya untuk berangkat ke majelis, yang ternyata majelis itu teramat jauh, berkisar 1 jam dari ujung tol Cikampek, 200 km jarak tempuh diperkirakan pergi dan pulang, habib sangat kelelahan dan sangat tidak menyangka jarak majelis sejauh itu. Ditanggal 20 Juni 2012 ia selesai melaksanakan operasi Jantung esoknya hari kamis ia keluar paksa dari RSCM karena “Suatu Hal”.

Sebelum meninggal, Habib Munzir juga pernah dioperasi karena ada cairan di perutnya. Penyakit tersebut sempat menganggu aktivitas Habib Munzir dalam berdakwah. Meskipun sedang dirundung rasa sakit, soal urusan dakwah, Habib Munzir, menurut kakaknya Nabil, tidak pernah memikirkan sakitnya.

Ucapan Belasungkawa

Alhamdulillah.. inna lillahi wa inna ilaihi roji'un.
Yaa Allah berilah pahala dalam musibah yang menimpa kami
dan gantikanlah buat kami yang lebih baik darinya.
Allah berhak mengambil, memberi dan segala sesuatu di sisi Allah swt memiliki waktu atau ajal.
Mata menangis, hati sedih dan tidak kami ucapkan kecuali yang Allah swt ridlo..
Segala puji bagi Allah yang tidak di puji atas kejelekan selainnya,
sholawat serta salam atas hambanya Nabi kita Muhammad saw yang di turunkan atasnya ( إنك ميت وإنهم ميتون ) sesungguhnya engkau akan mereka begitu juga mereka,
Yaa Allah berikanlah rohmat, selamatkan, mulyakan dan berkahilah atas manusia pilihan Muhammad saw beserta keluarga, shohabat, orang-orang yang berjalan di jalannya dan yang masuk di kelompoknya serta mengambil minum darinya, bersama mereka atas kami dan saudara kami yang selalu mencari ridlomu, kedekatan kepadamu, yang berusaha selalu memberi kemanfaatan kepada para manusia, seseorang yang engkau jadikan Yaa Allah banyak kebaikan terbuka dan terlaksana karena sebabnya dalam menyatukan hati atasmu, mengajak banyak orang takut, cinta dan taat kepadamu dan kepada rosulmu Muhammad saw, as-Sayyid Mundzir bin Fuad Al-Musawa Yaa Allah tinggikan derajatnya, banyakkan pahalanya, lipatkanlah kebaikannya dan gantikan untuk kita dan orang-orang yg berilmu, mengamalkan dan mengajak kepadamu serta penduduk Indonesia begitu juga untuk muslimin, muslimat dan ummat dengan sebaik-baiknya pengganti yaa arhamar rohimiin wa yaa akromal akromiin.
Bersambung Sayyid Mundzir dengan rahasia menyambut Allah sejak kecil dan dia termasuk yg pertama datang ke Darul Musthofa di Tareem, termasuk yg sungguh-sungguh, berpakaian dengan selimut cinta dan Allah swt menyiapkannya untuk memberikan kemanfaatan yang banyak untuk hambanya..
Habib Umar, Halaman Facebook Habib Umar, 2013[27]

Meninggalnya Habib Munzir bin Fuad al-Musawa mengejutkan banyak pihak. Ucapan belasungkawa datang dari berbagai kalangan, mulai dari ulama, pejabat, tokoh dan tentu saja jamaah setia ia. Presiden SBY pun menyempatkan diri menyambangi rumah duka, di Komplek Liga Mas, Jalan Cikoko Barat II, dan menyampaikan rasa belasungkawa yang dalam kepada keluarga almarhum.[28] SBY datang sekitar pukul 09.40 WIB, disambut keluarga almarhum Habib Munzir dan langsung ke ruang tamu dimana jenazah disemayamkan. Sekitar 20 menit bertakziah, SBY pun mengungkapkan rasa belasungkawanya kepada keluarga beserta jamaah Majelis Rasulullah.

"Ketika beberapa kali
memperingati Maulid Nabi saya bersama ia.
Dia seorang ulama muda, arif,
bijaksana sesuai dengan Indonesia religius,
juga menginginkan Islam yang islami,
membawa keteduhan tutur katanya,
mencintai keadilan, serta kaum duafa,
menegakkan amar ma'ruf nahi mungkar,
dan Islam untuk semesta alam."
— Presiden SBY,2013[29][30]

Dalam sambutannya, SBY mengatakan sangat berduka dengan meninggalnya Habib Munzir.SBY mengatakan bahwa selama hidup Habib Munzir mempunyai pandangan yang jernih.Almarhum juga kerap memberikan nasihat yang sangat membekas. SBY mengenal almarhum sebagai sosok muda yang bijaksana. Lebih jauh, SBY pun meminta kepada jemaah untuk mendoakan agar keluarga Habib Munzir diberikan kekuatan menghadapi cobaan ini.

Selain SBY, tampak juga sejumlah tokoh yang melayat ke rumah duka. Mereka antara lain, Menteri Agama Suryadharma Ali, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Mohammad Nuh, Ketua DPR RI Marzuki Alie dan Anggota DPR , Ruhut Sitompul, Rhoma Irama dan mantan Menteri Perikanan dan Kelautan Fadel Muhammad, Menakertrans Muhaimin Iskandar dan koleganya, Menteri PDT Helmy Faishal Zaini.
Ta'ziyah sebelum zhuhur, sebelum sholat mayit di Mesjid Al Munawwar Jakarta Selatan. Tampak Al-Habib Jindan bin Novel bin Jindan disebelah kanan Ustadz Arifin Ilham

Kebersahajaan pribadi ia meninggalkan kesan mendalam bagi orang-orang yang pernah berinteraksi dengan pribadi santun ini, salah satunya adalah Pimpinan Majelis Zikir Az-Zikra Ustadz Muhammad Arifin Ilham. Ustadz Arifin Ilham menyebut almarhum Habib Munzir Al Musawa sebagai ulama yang mencintai dan dicintai Allah SWT sehingga dipanggil lebih cepat.

Diberitakan hadir juga Ustadz Yusuf Mansur yang mengenakan baju koko warna putih dan peci hitam, langsung disambut ribuan jamaah yang ada dilokasi. Ustadz Yusuf Mansur bersyukur akhirnya bisa menerobos kerumunan jamaah takziyah.

Ribuan jamaah berdatangan ke rumah duka almarhum Habib Munzir al-Musawwa di kompleks liga mas, Pancoran, Jakarta Selatan, pada hari Minggu, 15 September 2013. Arus lalu lintas menuju rumah duka di kompleks Liga Mas sempat mengalami kemacetan. Jalan Raya Pasar Minggu mulai dibanjiri manusia dan menyebabkan arus lalu lintas tersendat. Antrian kendaraan mengular hingga ke jalan MT Haryono arah Pancoran. Selain itu, kemacetan juga disebabkan, karena banyaknya pelayat yang memarkir motornya di Masjid Al Munawar, yang berdekatan dengan rumah duka. Diberitakan juga bahwa puluhan anggota polisi tampak berjaga dan mengatur arus lalu lintas.

"Berkali-kali dia sering bertemu dengan saya. Ia mengatakan bahwa saya ini dipanggil oleh Allah SWT pada umur 40 tahun, saya bilang jangan bilang seperti itu habib, umat ini masih banyak, antum masih diperlukan oleh jutaan umat, di luar dugaan saya, kemarin diberitahukan ia meninggalkan kita semua. Tapi spirit ia harus kita jaga bersama. Dan semangat ia harus kita teruskan, kita harus jaga terus agar majelis ini betul-betul menerusakan semangatnya "
— Fadel Muhammad, 2013[35]

"Sosok almarum itu dibutuhkan, sehingga bangsa ini yang sedang menghadapi banyak persoalan semoga lebih sabar dengan kepergian almarhum."
— Ketua DPR RI Marzuki Alie,2013[36]

Sebelum dikebumikan, jenazah Habib Munzir disemayamkan di Masjid Al-Munawar sebelum akhirnya dibawa ke masjid di TPU Habib Kuncung, Kalibata, Pancoran, Jakarta Selatan untuk dishalatkan secara berjamaah oleh ribuan jamaah Majelis Rasulullah yang dipimpin Al-Habib Nagib bin Syekh Abu Bakar.

Habib Munzir dimakamkan di pemakaman umum Habib Kuncung di Kalibata pada hari Senin 16 September 2013 sekitar jam 13:00 WIB.
Ribuan jamaah memadati Masjid Al Munawar sebelum menshalatkan Jenazah Almarhum Habib Munzir Al Musawa
Ribuan jamaah memadati Masjid Al Munawar 
sebelum menshalatkan Jenazah Almarhum Habib Munzir Al Musawa
Saat Presiden SBY dan jamaah menyolatkan jenazah Habib Munzir bin Fuad Al-Musawa, Jakarta

Kun-yah     Munzir
Nasab    
Jalur ayah

Munzir bin Fuad bin Abdurrahman bin Ali bin Abdurrahman bin Ali bin Aqil bin Ahmad bin Abdurrahman bin Umar bin Abdurrahman bin Sulaiman bin Yaasin bin Ahmad Al-Musawa bin Muhammad Muqallaf bin Ahmad bin Abubakar As Sakran bin Abdurrahman Assegaf bin Muhammad Mauladdawilah bin Ali bin Alwi Al-Ghayur bin Muhammad al-Faqih Muqaddam bin Ali bin Muhammad Shahib Mirbath bin Ali Khali' Qasim bin Alwi bin Muhammad bin Alwi bin Ubaidillah bin Ahmad al-Muhajir bin Isa Ar-Rumiy bin Muhammad Annaqib bin Ali Al-Uraidhiy bin Ja'far ash-Shadiq bin Muhammad al-Baqir bin Ali Zainal Abidin bin Hussein dari Fatimah az-Zahra Putri Rasulullah SAW

Lahir     Cipanas,23 Februari 1973 (umur 43)
[Kalender Hijriyah: 19 Muharram 1393]

Wafat     15 September 2013 (umur 40)
[Kalender Hijriyah: 10 Zulqaidah 1434]
Rumah Sakit Dr. Cipto Mangunkusumo, Jakarta

Sebab wafat     Asma, Serangan jantung
Dimakamkan di     TPU Habib Kuncung, Kalibata, Pancoran, Jakarta Selatan
Nama lain     Mumun
Kebangsaan     Indonesia
Etnis     Arab, suku Quraisy, bani Hasyimiyah
Zaman     Abad ke-21
Wilayah aktif     Nusantara
Jabatan     Ulama
Da'i
Pemimpin Majelis Rasulullah SAW
Mazhab Fikih     Mazhab Syafi'i
Organisasi     Majelis Rasulullah SAW
Alma mater     Dar-al Musthafa
Dipengaruhi  oleh Al-Habib Umar bin Hafidz BSA

Mempengaruhi Majelis Rasulullah

Situs web     majelisrasulullah.org

Istri     Syarifah Khadijah Al-Juneid
Keturunan   
1. Fathimah al-Musawa
2. Muhammad al-Musawa
3. Hasan al-Musawa

Orang tua   
Al-Habib Fuad bin Abdurrahman al-Musawa

Sumber :
https://id.wikipedia.org/wiki/Munzir_bin_Fuad_Al-Musawa